SATELITNEWS.ID, TANGERANG – Saat ini jagat maya sedang ramai membicarakan pawang hujan, pasca MotoGP yang digelar di Mandalika diguyur hujan deras, pada 20 Maret 2022.
Lalu, apakah anda masih percaya dengan adanya pawang hujan ?
Dikutip dari BBC New York, untuk pengendalian cuaca menggunakan satelit memang pernah dilakukan oleh teknologi manusia.
Namun, ternyata usaha tersebut seringkali terhenti lantaran biaya yang ditanggung sangatlah besar.
Pasalnya, pada tahun 1962 hingga 1983, pemerintah Amerika Serikat menjalankan Proyek Stormfury, yang berupaya melemahkan kekuatan badai dengan menerbangkan pesawat terbang masuk ke pusat badai dan menebar Iodide Perak.
Akan tetapi, teknik tersebut tidak lagi digunakan, ketika terungkap bahwa badai tidak selalu mengandung materi ‘air super dingin’, sehingga Iodide Perak tidak akan selalu efektif juga.
Bahkan, tidak hanya itu, untuk mengendalikan cuaca membutuhkan teknologi yang memonitor cuaca, satelit juga harus terus menjaga orbitnya dan mengangkut berbagai peralatan memanipulasi cuaca, yang tentunya tidak ringan dan tidak murah.
Jika konsep yang digunakan satelit tetap dengan memasukkan materi kimia tertentu, mengirim persediaan barang ke satelit juga harus jadi pertimbangan. Dan jelas, untuk melakukan ini, secara ekonomi juga bukanlah hal yang murah.
Manipulasi cuaca bukan cuma berkaitan soal alamiah, melainkan politik yang bisa mengtendensi politik serta merugikan lawan politik. Hal ini tentu saja berkenaan dengan seluruh dunia.
Dimana manipulasi cuaca bukan untuk suatu daerah saja melainkan akan memengaruhi cuaca di seluruh dunia .Karena pawang hujan sendiri tidak menghentikan hujan, melainkan hanya memindahkan atau menggeser hujan yang akan turun ke lokasi lain.
Namun, sebagian besar masyarakat Indonesia masih memiliki kepercayaan terhadap Pawang hujan. Atau mitios-mitos yang berkaitan dengan alam.
Diketahui untuk menggeser hujan dengan meminta bantuan atau bekerjasama denganmakhluk ghaib yang tinggal di barang pusaka. Mitos tersebut masih dipercaya oleh suku etnis jawa.
Sementara itu, dalam agama Islam menggunakan pawang hujan tidak dibenarkan. Hal tersebut diungkapkan KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah.
“Pawang itu kan dukun ya, pakai komat-kamit ngusir mendung. Tidak dibenarkan ya, kalau sudah berurusan dengan dukun tidak akan ridha,” ujar Buya Yahya Senin, 21 Maret 2022.
Itulah fakta dan mitos tentang pawang huja, namun percaya atau tidak tergantung dari etnis masing-masing.