SATELITNEWS.ID, TANGSEL — Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memberlakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dengan kapasitas 100 persen, mulai Senin (21/3/2022). Kebijakan itupun disambut gembira oleh wali murid.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dondikbud) Kota Tangsel Deden Deni mengatakan, PTM berkapasitas 100 persen berlaku pada jenjang TK hingga SMP di Kota Tangsel. Namun atran itu baru diberlakukan pada kelas-kelas yang jumlah siswanya sedikit, yakni di bawah 32 orang.
Aturan itu termuat dalam Surat Edaran Nomor: 421/ 2077- Disdikbud tentang Pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di Kota Tangsel. SE tersebut ditandatangani 18 Maret 2022.
“Jika jumlah siswa per kelas tidak banyak (10 hingga 32 orang) dan tidak mengakibatkan kerumunan serta dapat memenuhi jarak duduk yang sesuai dengan protokol kesehatan, maka kapasitas PTM 100 persen, frekuensi full hari sekolah, durasi maksimal enam jam pelajaran,” bunyi SE tersebut.
Dalam SE itu juga dijelaskan bagi kelas-kelas yang memiliki jumlah siswa lebih dari 32 orang, maka pemberlakuan kapasitasnya belum diperbolehkan hingga 100 persen.
“Jika jumlah siswa per kelas banyak (lebih dari 32 orang), sehingga mengakibatkan kerumunan dan tidak dapat memenuhi jarak duduk sesuai dengan protokol kesehatan, maka kapasitas PTMT 50 persen hingga 75 persen, frekuensi full hari sekolah, durasi maksimal empat hingga enam jam pelajaran,” terangnya.
Dia meminta satuan pendidikan melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PTM dan PTMT. Terutama pemantauan dan pengaturan pada saat kedatangan dan kepulangan peserta didik supaya tidak terjadi kerumunan dan tetap memakai masker.
Satuan pendidikan wajib melaporkan pelaksanaan PTM dan PTMT ke Dindikbud melalui google form bidang masing-masing.
Salah satu wali murid, Neneng menyambut gembira diberlakukannya PTM 100 persen. Menurutnya, kebijakan itu membuat beban kerjanya di rumah menjadi lebih ringan.
“Alhamdulillah, beban kerja di rumah lebih ringan karena anak-anak belajarnya full di sekolah,” ungkapnya.
Selain beban kerja lebih ringan, beban biaya pun berkurang, terutama biasa paket internet. Dengan belajar di sekolah, dirinya juga tidak terlalu khawatir anaknya keranjingan handphone.
“Anak-anak kalau belajar di rumah suka mainin HP mulu, malah sampe rebutan HP,” pungkasnya. (jarkasih)