SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG–Puluhan nelayan di Desa Tunggal Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, kembali dikumpulkan untuk mendapat pelatihan dan pembinaan transplantasi terumbu karang, di kawasan Pulau Badul, Rabu (30/3/2022).
Diketahui, kegiatan tersebut digagas atas kerjasama Laz Harfa dan Forum Pelestari Terumbu Karang (F-PTK) Banten, yang didukung PT Telkom Indonesia.
Konservasi ini, merupakan gerakan kedua kalinya yang dilakukan. Setelah gerakan pertama dilakukan pada bulan Agustus 2021 lalu, dengan menanam sekitar 300 rak laba-laba terumbu karang, di Pulau Badul. Kali ini, disiapkan sekitar 500 rak laba-laba yang akan disebar kembali di kawasan tersebut.
Pengelola Program Sosial dan Lingkungan Community Development Center (CDC) Telkom Indonesia, Dian Lestari menyatakan, penanaman ratusan rak laba-laba terumbu karang ini, bagian dari upaya perluasan konservasi yang sudah digagas tahun sebelumnya.
“Akibat tersapu tsunami tahun 2018 silam, terumbu karang di kawasan Pulau Badul gundul. Kami merasa terpanggil dan terketuk, untuk peduli melakukan kegiatan ini, untuk mendukung pelestarian alam di dasar laut,” kata Dian, yang ditemui usai peluncuran Program Perluasan Konservasi Terumbu Karang Kawasan Pulau Badul, di Kampung Ketapang, Desa Tunggal Jaya, Kecamatan Sumur, Rabu (30/3).
Menurutnya, konservasi terumbu karang ini diharapkan dapat memberikan dampak positif pada semua sektor, diluar sektor pariwisata dan peningkatan produktivitas tangkapan nelayan.
“Kawasan ini sangat potensi untuk dikembangkan, khususnya sektor pariwisatanya. Tapi sayang, kini rusak salah satunya akibat terjangan tsunami beberapa tahun silam. Sehingga, mengurangi produktivitas warga dari segi pariwisata, juga tangkapan ikan,” tambahnya.
Direktur Program dan Kemitraan Laz Harfa, Mamak Jamaksari menyatakan, konservasi terumbu karang tahun kedua ini adalah bentuk konkret dalam rangka melestarikan lingkungan, sekaligus membantu nelayan dan masyarakat sekitar dalam menjaga sumber mata pencahariannya.
“Terumbu karang merupakan rumah bagi ikan. Bila rumahnya rusak, maka populasi ikan akan berkurang,” tandas Mamak.
Ditambahkannya, hal itu sudah dirasakan oleh nelayan di Sumur, yang kini harus berlayar lebih jauh untuk mencari ikan. Karena, ikan di kawasan pesisir semakin berkurang.
Ditegaskannya, kegiatan konservasi ini harus dilakukan secara masif plus melibatkan berbagai kalangan. Sehingga, nelayan sebagai pelaku pemenuhan kebutuhan ikan masyarakat, dapat tetap berdaya.
“Bukan hanya kita yang ada di sini, Pemerintah, dari Kabupaten sampai Pusat, harus terlibat aktif. Setidaknya, kedepan upaya ini dapat mengurangi risiko bencana juga,” pungkasnyanya.
Koordinator F-PTK Banten, Nurwarta Wiguna mengakui, konservasi terumbu karang kerap luput dari perhatian. Padahal, terumbu karang adalah benteng pertama yang mereduksi gelombang laut dan mencegah terjadinya abrasi, bahkan tsunami.
“Selain akibat faktor alam, kerusakan itu juga terjadi karena nelayan menggunakan metode menangkap ikan tak ramah lingkungan, seperti penggunaan bom ikan, ini harus dihentikan,” tegas Nurwarta. (mardiana)