SATELITNEWS.ID, LEBAK—Ada tradisi menarik di Kabupaten Lebak saat bulan Ramadan khususnya di Masjid Agung Al-A’raf Rangkasbitung. Orang – orang menanti datangnya suara meriam pertanda waktunya berbuka puasa.
Meriam legend yang disebut oleh masyarakat Rangkasbitung. Sebab, tradisi itu sudah terjadi sejak tahun 1970- an setiap bulan suci Ramadan. Sejalan waktu, meriam yang saat ini digunakan merupakan meriam buatan atau meriam tiruan yang terbuat dari tiang listrik.
Sebelumnya meriam yang digunakan merupakan meriam asli yang bentuknya kecil dan keemasan. Namun meriam itu kini sudah dikembalikan ke Masjid Agung Banten. “Jadi kalau meriam ini tidak bersuara, masyarakat di Rangkasbitung suka menunggu-nunggu dan bertanya, kemana suara meriamnya,” katanya Ketua DKM Masjid Agung Al-A’Raaf Rangkasbitung, Eri Rahmat, Rabu (06/03/2022).
Eri menjelaskan, meriam yang saat ini digunakan ada dua, berikut satu petugas yang setiap hari menyalakannya sebagai penanda waktu berbuka. “Jadi sekarang meriamnya ada dua, jadi ini dikeluarkan dua-duanya. Jika meriam yang satu tidak bersuara maka ada meriam satu lagi,” ujarnya.
Gelegar suara meriam tergantung arah angin, jika dalam kondisi bagus bisa terdengar sampai radius 5-7 Kilometer. Menurut Eri meriam ini akan terus menjadi tradisi bagi warga Rangkasbitung dan juga di Masjid Agung Al-A’Raaf. “Insya Allah tradisi akan terus kami jaga yah, tetap kami lestarikan,” ujarnya.
Seorang warga Rangkasbitung, Endang mengaku bangga Rangkasbitung memiliki tradisi suara meriam menjelang berbuka puasa. “Betul jika ada suara meriam yang datang dari Masjid Agung itu menandakan saatnya berbuka puasa. Saya harap tradisi itu bisa terus dipeetahanakan dalam waktu lama,” pungkasnya.(mulyana)