SATELITNEWS.ID,SERANG—Mengajar di pondok pesantren (Ponpes) merupakan panggilan hidup ustaz Syamsul Maarif. Untuk dapat mewujudkannya, pimpinan Ponpes Attasamuh Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang itu bahkan menghabiskan sebagian waktu hidupnya untuk belajar di kobong atau asrama santri.
Kiai berusia 33 tahun itu sudah mulai belajar di pesantren sejak lulus sekolah dasar (SD). Mulanya, Syamsul menimba ilmu di salah satu ponpes yang ada di kampungnya kurang lebih selama dua tahun. Setelah itu dia pindah menimba ilmu ke Ponpes yang ada di Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang kurang lebih selama 10 tahun.
Selanjutnya dia menimba ilmu di ponpes yang ada di Cikande selama 1 tahun. Setelah itu pria yang kini menjabat sebagai Wakil Sekretaris Pengurus Cabang Rabitah Mahad Islamiyah NU itu menyambangi pesantren yang ada di Cikaduen Pandeglang serta di Gembong, Jayanti, Kabupaten Tangerang.
Ustaz Syamsul mengatakan selama menimba ilmu di Ponpes selain belajar tentang agama, dirinya juga memperoleh ilmu tentang bagaimana hidup sederhana, saling menghormati dan rendah hati.
“Saya mesantren atas keinginan sendiri dan didukung oleh kedua orang tua. Di pondok saya merasakan hidup yang saling menghormati satu sama lain dan rendah hati. Karena di kobong kita berteman dengan banyak orang yang bermacam-macam karakter,”ungkap ustaz Syamsul Maarif di Ponpes Attasamuh yang beralamat di Kampung Ragas Ilir, RT 007, RW 002, Desa Ragas Masigit, Kecamatan Carenang, Kabupaten Serang.
Setelah malang melintang menimba ilmu di Ponpes, dia kemudian direstui oleh guru dan orang tuanya untuk membangun pesantren. Cita-citanya sejak kecil akhirnya terpenuhi. Ustaz Syamsul mendirikan kobong yang terbuat dari bilik di kampungnya.
“Alhamdulillah saya buat kobong bilik dengan uang sendiri, orang tua dan adik. Tanpa minta sumbangan ke masyarakat. Dengan berkah doa guru dan orang tua saya sudah punya puluhan santri,” tuturnya.
Ustaz Syamsul mengatakan, santri yang mondok berasal dari tetangga kampung dan ada juga dari Kragilan, Tangerang hingga Bogor. Kepada santrinya, dia selalu mengajarkan soal akhlak terhadap orang tua dan yang lebih tua.
“Saya juga ajarkan tentang cara baca Alquran bila ada yang masih buta huruf. Dan bagi yang sudah bisa saya ajarkan tajwidnya, nahwu shorof dan kitab kuning,” katanya.
Selain itu diajarkan untuk keterampilan. Karena setelah pulang dari ponpes tentunya tidak semua jadi kiai atau ustaz, tapi pastinya jadi panutan di masyarakat masing masing.
“Tentunya sebelum bermasyarakat diajarkan pengetahuan umum apapun harus bisa dan terampil,” tuturnya.
Ustaz Syamsul bercerita sejak kecil dirinya ingin memiliki pondok untuk tempat mengaji para santri. Dia ingin mendapat pahala yang terus mengalir meski sudah wafat kelak.
Dia mengatakan semua yang diajarkannya bertujuan ingin mencetak generasi muda yang berilmu dan berakhlak. Ia pun berharap dan berdoa kepada Allah agar ponpesnya terus berkembang pesat.
“Buat saya pasti ingin mendapatkan pahala jariyah. Tentunya saya harapkan ilmu yang saya ajarkan bisa berkembang, sekalipun saya sudah wafat tetap mengalir pahala buat saya nanti,”pungkasnya. (sidik)