SATELITNEWS.ID, SERANG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang memastikan akan melakukan intervensi terhadap ketersediaan daging dan telur, yang saat ini mengalami defisit.
Hal itu dilakukan, dengan melaksanakan operasi pasar dan bazar ramadhan beberapa kecamatan.
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Serang, Tubagus Entus Mahmud Sahiri, saat memimpin rapat koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Senin (18/4/2022).
“Hari ini kita menyikapi untuk menjelang pelaksanaan idul fitri. Tadi dilaporkan baik oleh Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, termasuk Diskoumperindag, bahwa ketersediaan komoditi kebutuhan masyarakat kita relatif aman,” kata Entus.
Namun kata Entus meskipun kebutuhan relatif aman, berdasarkan laporan Distan Kabupaten Serang ada beberapa komoditi seperti daging dan telur yang mengalami defisit.
“Nah nanti bulog bersama dinas Perindag akan mengintervensi dengan melaksanakan bazar ramadhan dan operasi pasar,” tuturnya.
Selain soal pasokan pangan, Entus juga mengaku akan mengevaluasi kegiatan produksi pertanian.
“Ternyata di dinas pertanian masih ada beberapa masalah, satu masalah pupuk bersubsidi, terus masalah serapan program kreadit masyarakat masih rendah,” katanya.
Sementara itu, Kepala Distan Kabupaten Serang, Dzaldi Dhuhana mengatakan, berdasarkan pendataan jumlah sapi yang akan dipotong saat ini ada sebanyak 1.457 ekor atau jika dikonversi ke daging ada sebanyak 300.000 kilogram.
Menurut Zaldi, dengan angka konsumsi 0,039, kebutuhan daging rata rata perbulan ada sekitar 62.400 kilogram. Sementara dari ketersediaan 300.000 daging sapi, ada defisit 37.388 kilogram.
“Tapi biasanya setelah ramadhan akan ada kedatangan sapi, khususnya pada saat idul adha. Jadi kalau secara total pertahun aman,” kata Zaldi.
Kemudian untuk telur ayam juga mengalami defisit sekitar 2,3 juta kilogram sampai dengan akhir tahun. DikataKan Zaldi, persoalan tersebut disebabkan tingkat konsumsi yang tidak sebanding dengan produksi.
“Kita sudah menghitung produksi dari tiga perusahaan, produksinya sekitar 1,5 juta kilogram dengan konsumsi perbulan 2,4 juta kilo perbulan. Jadi kita masih defisit,” tuturnya.
Dijelaskan Zaldi dengan adanya defisit terhadap dua komoditas tersebut, tentunya dapat berdampak terhadap kenaikan harga dipasaran.”Kemungkinan bila pasokan dari daerah lain juga kurang, ini bisa meningkat harga produk,” pungkasnya. (sidik)