SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Hubungan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan PKB yang dulu mesra kini terkesan tak lagi selengket perangko. Pemicunya, karena tidak harmonisnya hubungan politik Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Bahkan, semakin hari, hubungan kedua Nahdliyin yang akrab disapa Gus Yahya dan Cak Imin itu terlihat semakin retak.
Tak lengket laginya hubungan PBNU dan PKB mulai nampak saat Gus Yahya terpilih menjadi Ketua Umum PBNU pada Desember 2021. Sejak saat itu, Gus Yahya menyatakan, NU tidak dimiliki satu partai tertentu. Gus Yahya juga melarang kader-kader NU untuk bicara copras-capres. Padahal, saat itu, Imin sedang getol menggalang dukungan para kiai NU untuk kepentingan nyapres di 2024.
Kerenggangan semakin terasa saat Imin tak menghadiri pelantikan kabinet Gus Yahya dan peringatan Harlah NU, di Balikpapan, 31 Januari lalu. Apalagi, setelah itu, Gus Yahya menjewer para pengurus PCNU di Banyuwangi, Sidoarjo, dan Bondowoso, yang ikut dalam deklarasi mendukung Imin nyapres.
Semakin retaknya hubungan Gus Yahya dan Imin makin nampak setelah Imin tak segan-segan “menyerang” Gus Yahya. Imin bilang, sikap Gus Yahya yang ambil jarak dengan PKB, nggak akan ngefek ke perolehan suara PKB nanti.
Imin mengklaim, kader PKB sangat solid. Imin pun pede bisa mempertahankan perolehan suara PKB sebesar 13 juta. “Solid sekali sampai ke bawah. Bahkan, Yahya Cholil, Ketum PBNU, ngomong apa aja terhadap PKB, nggak ngaruh sama sekali,” ucap Imin, dalam program wawancara dengan CNN Indonesia TV.
Wawancara itu sebenarnya sudah lebih dari sepekan lalu. Nama programnya, “Ngabuburit Bersama Tokoh”. Program tersebut tayang pada Minggu (1/5). Namun, petikan wawancara itu, baru ramai kemarin.
Dengan percaya diri, Imin meyakini, suara partainya akan semakin terdongkrak jika dirinya maju dalam Pilpres 2024. Meskipun ia menyadari, situasi ekonomi yang sulit akan membuat jalan kemenangan partai yang dinakhodainya itu, tidak mudah.
“Ketika krisis begini, pemilu, ya sudah yang punya uang yang menang. Berat buat partai saya,” akunya dikutip dari rm.id.
Sejumlah petinggi PBNU gusar mendengar ucapan Imin ini. Sebab, Imin terkesan mengabaikan kontribusi NU bagi pemenangan PKB selama ini.
Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi sudah merasakan adanya kerenggangan antara Gus Yahya dengan Imin. Dia menyarankan agar Gus Yahya dan Imin melakukan komunikasi yang lebih baik. Apalagi di suasana Idul Fitri. “Saya berharap agar suasana hari raya dapat menyatukan mereka,” harapnya.
Melihat kondisi ini, Ketua DPP PKB Lukmanul Hakim mencoba meredakan situasi. Dia menyebut, Gus Yahya dan Imin adalah sahabat dekat. Panas dingin dalam hubungan persahabatan adalah hal biasa, ibarat kopi susu.
“Kayak kopi susu, manis dan pahit berkelindan dalam satu ruang, tetapi justru di situlah lahir minuman yang nikmat,” ujarnya. Dia lalu memastikan, Gus Yahya dan Imin saling menghormati, memahami, dan memaafkan.
Apa dampak keretakan hubungan Gus Yahya dengan Imin? Pengamat politik Ray Rangkuti memprediksi, PKB akan rugi. Sebab, suara PKB bisa menyusut drastis jika NU tidak lagi memberi dukungan. “Ini akan merugikan PKB,” kata Ray, dalam perbincangan tadi malam.
Karena itu, dia menyarankan agar Imin dan Gus Yahya segera baikan. Bila tidak bisa secara langsung, perlu ada yang menjembatani agar komunikasi keduanya menjadi lancar.
“Gus Yahya dan Cak Imin ini kan seusiaan, jadi mungkin ada ego yang sangat kuat. Cak Imin harus membuka komunikasi. Ini kan soal bagaimana berdialog, menemukan titik temu masing-masing,” tambahnya.
Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengibaratkan hubungan PBNU dengan PKB saat ini seperti bara dalam sekam. Tak enak dan tak nyaman. “Apalagi saat ini pengurus PBNU banyak dimasuki partai-partai lain, bahkan bendahara umumnya dari PDIP,” kata Ujang, kepada Rakyat Merdeka. (gatot)