SATELITNEWS.ID, LEBAK—Perkembangan ponsel pintar (smartphone) yang kian canggih membuat semua orang ingin memilikinya. Tak terkecuali masyarakat Suku Adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak yang selama ini dianggap masih menjaga kemurnian nilai-nilai tradisi.
Akan tetapi, keberadaan teknologi canggih itu menurut pengamat lingkungan Uday Suhada bisa menjadi ancaman tersendiri untuk kelestarian adat warga setempat. Menurut Uday, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya smartphone ternyata sudah menjadi tantangan bahkan ancaman terhadap kelestarian budaya di Baduy.
“Saat ini smartphone sudah menjajah dan bahkan kini banyak warga Baduy yang sudah menggunakan smartphone dalam aktivitasnya sehari-hari. Makin maraknya IPTEK terutama di dunia digital ini sudah menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga adat Baduy. Karena generasi muda di Baduy saat ini terancam terkena dampak dari media sosial,” kata Uday belum lama ini.
Kata dia, berdasarkan data yang dirinya dapatkan dari Dinas Kominfo Kabupaten Lebak bahwa ada 9.000 nomor ponsel yang mengatasnamakan warga Desa Kanekes, Baduy. Dari 9.000 jumlah nomor itu, 6.000 nomor di antaranya aktif.
“Warga Baduy sudah menggunakan smartphone, sebanyak 60 persennya untuk bermedia sosial dan 39 persennya untuk digunakan hal yang positif seperti berjualan online dan komunikasi. Selebihnya untuk menyesuaikan diri dengan apa namanya perkembangan,” Uday mengungkapkan.
Dengan perkembangan Iptek khsusunya medsos, kata Uday menjadi tantangan terhadap kelestarian budaya karena lemahnya kontrol orangtua terhadap anak di Baduy dalam menggunakan media sosial.
“Kita tahu kalau di luar (luar Baduy,-red) mungkin kita bisa kita ingatkan, mana waktunya belajar dan jangan dulu main HP. Sementara di Baduy, orangtuanya tidak paham, anak-anak dia tidak ada yang mengontrol. Konten apa yang dia lihat, yang dia baca. Ini justru ada potensi yang besar untuk mengubah cara berpikir anak-anak muda, khawatir kalau ini tidak diantisipasi ke depan itu akan kehilangan generasi penerusnya,” paparnya.
Uday mengaku saat ini perihal tersebut tengah menjadi pembahasan di internal lembaga adat Baduy. Hal itu, agar masyarakat Baduy bisa lebih memahami penggunaan terhadap kecanggihan pada ponsel pintar tersebut.
“Sudah beberapa kali ikut diundang dalam upacara para tokoh adat yang itu membahas soal persoalan perkembangan dunia teknologi. Sekarang kita lagi cari solusinya, salah satunya mengajukan Baduy agar menjadi titik blank spot,” imbuhnya.
Kepala Dinas Kominfo Lebak, Dodi Irawan mengatakan, perkembangan teknologi yang semakin canggih harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kepentingan hal positif. “Kita ketahui warga Baduy, khususnya Baduy luar sudah banyak yang memiliki handphone, akan tetapi untuk kepentingannya seperti apa kita juga tidak tahu. Soal blankspot Pemkab Lebak terus melakukan pembenahan terhadap daerah – daerah yang masih sulit sinyal,” pungkasnya.(mulyana)