“Dulu Almarhum Bung Karno Presiden RI, setelah penjajah (Belanda) Indonesia kabur, Bung Karno menemui almarhum KH. Abdul Wahab Asbullah meminta nama aneh untuk mempersatukan rakyat Indonesia, diberi bahasa silaturahmi Presiden tidak mau karena ingin bahasa yang aneh dan belum terdengar oleh rakyat Indonesia,” jelas KH. Jamaludin, Jumat (13/5/2022).
Sabagai Kyai sepuh yang juga pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Adul Wahab Asbullah pun menuruti permintaan Bung Karno dengan meminta petunjuk kepada Allah melalui istikharah. Akhirnya, didapatlah kata unik itu yakni, Halal Bihalal.
“Disitulah KH Abdul sebagai Kyai sepuh dan pendiri NU, langsung meminta kepada Allah melalui istikharah, ya diberilah petunjuk dengan bahasa Halal Bihalal. Diberitahulah kata Halal Bihalal itu kepada Bung Karno,” katanya.
Menurutnya, sebetulnya makna yang pas itu Almuafah, cuma karena Bung Karno ingin bahasa yang aneh dan unik yang belum pernah terdengar oleh rakyat Indonesia, dilaksanakanlah Halal Bihalal
“Bahkan Halal Bihalal ini juga tak ada di Makkah, cuma ada di Indonesia hingga di Pandeglang saja. Maka dalam acara Halal Bihalal berkaitan dengan Idul Fitri, maka saya minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir batin, begitu juga saya memaafkan semuanya,” tandasnya.
Selain itu, KH. Jamaludin juga mengingatkan kepada seluruh pegawai Pemkab Pandeglang selain melaksanakan ibadah salat, puasa dan zakat, ada hal yang wajib dilaksanakan oleh seluruh umat karena kalau tidak dilaksanakan tidak akan masuk surga.
“Setiap manusia itu bermuamalah (menjalin hubungan satu sama lain), pasti banyak masalah dan dosa pasti ada, maka kita diperintahkan oleh Allah SWT, agar cepat-cepat bertaubat. Dosa dengan tetangga jangan dianggap kecil, justru lebih berat,” katanya.
“Salatnya khusus, tarawihnya full, sedekahnya bagus, puasanya tamat kenapa tidak bisa masuk surga? Ternyata, masih ada sangkut paut dengan tetangga dan saudara, maka kita wajib meminta maaf dan saling memaafkan kepada sesama (tetangga/saudara),” jelasnya lagi.
Sementara, Bupati Pandeglang, Irna Narulita, mengucapkan terimakasih atas tausiyah yang disampaikan oleh KH Jamaludin. Dengan tausiyahnya, akan memotivasi para pegawai untuk meningkatkan tali silaturahmi dan saling memaafkan.
“Banyak hilaf yang kita lakukan, baik yang disadari ataupun tidak disadari, dengan saling memaafkan insya Allah membawa Keberkahan,” ungkap Irna.
Ia juga mengucapkan maaf lahir batin, untuk seluruh warga masyarakat Pandeglang. Karena masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
“Kita tahun ini fokus jakamantul, yang sudah terbangun program jakamantul tahun 2022 kurang lebih 50 Km, semoga tahun 2024 pembangunan infrastruktur khususnya jalan kewenangan Kabupaten bisa terselesaikan,” tandasnya. (nipal)
BacaJuga :
“Dulu Almarhum Bung Karno Presiden RI, setelah penjajah (Belanda) Indonesia kabur, Bung Karno menemui almarhum KH. Abdul Wahab Asbullah meminta nama aneh untuk mempersatukan rakyat Indonesia, diberi bahasa silaturahmi Presiden tidak mau karena ingin bahasa yang aneh dan belum terdengar oleh rakyat Indonesia,” jelas KH. Jamaludin, Jumat (13/5/2022).
Sabagai Kyai sepuh yang juga pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Adul Wahab Asbullah pun menuruti permintaan Bung Karno dengan meminta petunjuk kepada Allah melalui istikharah. Akhirnya, didapatlah kata unik itu yakni, Halal Bihalal.
“Disitulah KH Abdul sebagai Kyai sepuh dan pendiri NU, langsung meminta kepada Allah melalui istikharah, ya diberilah petunjuk dengan bahasa Halal Bihalal. Diberitahulah kata Halal Bihalal itu kepada Bung Karno,” katanya.
Menurutnya, sebetulnya makna yang pas itu Almuafah, cuma karena Bung Karno ingin bahasa yang aneh dan unik yang belum pernah terdengar oleh rakyat Indonesia, dilaksanakanlah Halal Bihalal
“Bahkan Halal Bihalal ini juga tak ada di Makkah, cuma ada di Indonesia hingga di Pandeglang saja. Maka dalam acara Halal Bihalal berkaitan dengan Idul Fitri, maka saya minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir batin, begitu juga saya memaafkan semuanya,” tandasnya.
Selain itu, KH. Jamaludin juga mengingatkan kepada seluruh pegawai Pemkab Pandeglang selain melaksanakan ibadah salat, puasa dan zakat, ada hal yang wajib dilaksanakan oleh seluruh umat karena kalau tidak dilaksanakan tidak akan masuk surga.
“Setiap manusia itu bermuamalah (menjalin hubungan satu sama lain), pasti banyak masalah dan dosa pasti ada, maka kita diperintahkan oleh Allah SWT, agar cepat-cepat bertaubat. Dosa dengan tetangga jangan dianggap kecil, justru lebih berat,” katanya.
“Salatnya khusus, tarawihnya full, sedekahnya bagus, puasanya tamat kenapa tidak bisa masuk surga? Ternyata, masih ada sangkut paut dengan tetangga dan saudara, maka kita wajib meminta maaf dan saling memaafkan kepada sesama (tetangga/saudara),” jelasnya lagi.
Sementara, Bupati Pandeglang, Irna Narulita, mengucapkan terimakasih atas tausiyah yang disampaikan oleh KH Jamaludin. Dengan tausiyahnya, akan memotivasi para pegawai untuk meningkatkan tali silaturahmi dan saling memaafkan.
“Banyak hilaf yang kita lakukan, baik yang disadari ataupun tidak disadari, dengan saling memaafkan insya Allah membawa Keberkahan,” ungkap Irna.
Ia juga mengucapkan maaf lahir batin, untuk seluruh warga masyarakat Pandeglang. Karena masih ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.
“Kita tahun ini fokus jakamantul, yang sudah terbangun program jakamantul tahun 2022 kurang lebih 50 Km, semoga tahun 2024 pembangunan infrastruktur khususnya jalan kewenangan Kabupaten bisa terselesaikan,” tandasnya. (nipal)