SATELITNEWS.ID, TANGERANG–Sebanyak dua ekor sapi di Kota Tangerang Selatan diduga terjangkit wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Namun kedua hewan ternak itu sudah mendapatkan perawatan serta dalam proses penyembuhan.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Provinsi Banten Agus Tauchid seusai melakukan rapat koordinasi dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Gedung A Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Rabu (18/5) lalu.
Dijelaskan Agus, dua ekor sapi yang suspect itu berpotensi menyebar ke populasi dalam satu kandangnya di mana terdapat sekitar 47 ekor sapi. Namun setelah dilakukan pemeriksaan, saat ini kondisi semua ternak sudah sehat dengan perawatan yang telah dilakukan.
“Sehingga para peternak tidak perlu panik jika ada ternaknya terindikasi PMK, karena kami sudah menyiapkan hotline cepat untuk penanganan persoalan ini ke nomor 082112918901,” ucapnya.
Dikatakan Agus, walaupun tingkat kesakitannya tinggi, penyakit ini tingkat kematiannya rendah. Kecuali pada hewan muda. Oleh karena itu pemberian multivitamin dan desinfeksi lingkungan secara rutin serta penerapan biosecurity dapat meminimalisir penularan penyakit ini.
“Karena status positif PMK dapat ditetapkan setelah ada hasil pengujian dari Pusvetma sebagai laboratorium rujukan PMK di Indonesia,” katanya.
Diakui Agus, pihaknya sebagaimana arahan dari Pj Gubernur Banten Al Muktabar sangat serius melakukan berbagai cara dalam rangka upaya pencegahan dan penanganan wabah PMK ini, apalagi saat ini menghadapi Idul Kurban.
“Pak Mentan juga memberikan amanat agar penanganannya harus serius jangan sampai menimbulkan kepanikan di masyarakat,” jelasnya.
Dikatakan Agus, keseriusan itu penting dilakukan sebab jika dibiarkan akan menimbulkan dampak pada perdagangan ternak, termasuk potensi adanya berbagai pihak yang bisa saja memanfaatkan situasi mengambil keuntungan sempit didalamnya.
“Mentan mengajak semua pihak terlibat dalam penanganan PMK, melalui antisipasi, adaptasi, dan kolaborasi. Selanjutnya ada tiga agenda aksi yakni agenda temporary/transisi, agenda permanen,” ucapnya.
Selain itu beberapa hal harus sangat diperhatikan saat ini diantaranya pendirian posko/crisis center di setiap daerah, pengetatan lalulintas hewan terutama dari daerah terinfeksi ke daerah bebas. Lalu stok obat-obatan dan vitamin harus cukup, utamanya di daerah terinfeksi.
“Setiap daerah harus melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada peternak, pelatihan bagi para petugas lapang, pengendalian pemotongan hewan di RPH (Rumah Potong Hewan) serta tidak boleh menimbulkan kepanikan di masyarakat,” tuturnya. (gatot)