SATELIT NEWS.ID, SERPONG— Forum Silaturahmi Umat Beragama (FSUB) Kota Tangsel menggelar acara halal bihalal dan silaturahmi umat beragama di salah satu resto bilangan Serpong, Tangsel, Senin (30/5/2022). Kegiatan yang juga diisi dengan diskusi kerukunan keagamaan ini turut dihadiri Kepala Kesbangpol Tangsel Chaerul Saleh, Wakil Gubernur Banten periode 2017-2021 Andika Hazrumy secara visual, pimpinan dan tokoh agama/masyarakat Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu, para penyuluh agama, pemuda lintas agama, Muhammadiyah, NU, dan masyarakat umum.
Ketua FSUB Tangsel Abdul Rojak mengatakan, kegiatan digelar dalam rangka halal bihalal dan silaturahmi umat beragama di Kota Tangsel. “Tema yang diangkat adalah ‘Merajut Harmoni Menuju Kota Tangerang Selatan yang Toleran, Moderat, dan Rukun’. Alhamdulillah hubungan antar umat beragama di Kota Tangsel sangat kondusif, dan kita ingin menjaga hal tersebut,” kata Abdul Rojak.
Pria yang menjabat sebagai Kepala Kemenag Kabupaten Serang ini mengajak tokoh dan umat beragama untuk merawat dan meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama. “Mari terus meningkatkan toleransi dan kerukunan umat beragama. Tidak terbatas simbolik perayaan ataupun peringatan keagamaan, namun terus ditingkatkan dalam kehidupan keagamaan dan kehidupan sosial kita,” ujarnya.
Sementara itu, Tokoh Pemuda Lintas Agama, Rivo Dery Kumara Margiono yang menjadi salah satu narasumber di acara itu mengatakan, Tangsel memiliki kurang lebih 1,3 juta jiwa dengan beragam latar belakang. Menurut data yang ia himpun dari berbagai sumber, Tangsel memiliki beragam suku antara lain Jawa, Sunda, Banten, Batak, Minangkabau, Cirebon, Aceh, Melayu dan lain-lain. Latar belakang agama pun juga sama, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu.
“Dengan latar belakang beragam, berarti banyak sumbangan pikiran kreatif juga bisa muncul, dan ini mendorong terciptanya sebuah inovasi baru. Seperti di perusahaan-perusahaan besar, Google contohnya, mereka sengaja untuk menjaring karyawan dengan latar belakang yang beragam untuk menciptakan inovasi baru,” kata Rivo.
Menurutnya, ada dua alasan utama yang dapat memicu perpecahan antar umat beragama di Indonesia. Pertama fanatisme, mengacu pada kamus besar Bahasa Indonesia fanatisme adalah suatu keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya). Kedua pelecehan simbol-simbol agama. Dua faktor ini yang banyak menyebabkan konflik agama di Indonesia, maka dari itu harus bisa menghindarinya.
“Sedangkan dalam konsep kerukunan ada tiga poin penting. Pertama adalah kerukunan antara umat beragama, jadi kita sebagai masyarakat harus rukun sesama agama, jika ini saja tidak bisa dilakukan bagaimana kita bisa rukun dengan orang yang memiliki agama lain. Kedua adalah rukun antar umat beragama, ini juga perlu diperhatikan. Setelah kita mampu untuk rukun diantara agama kita sendiri, selanjutnya adalah rukun dengan agama lain. Bagaimana caranya? Saling menghormati perbedaan pendapat dan menghargai kegiatan beragama mereka. Dan yang ketiga adalah rukun antara masyarakat dengan pemerintah. Ini juga sangat penting untuk menjadikan tatanan pemerintahan yang stabil sehingga stabilitas ekonomi juga mampu terjaga,” jelasnya.
Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Dr. Media Zaenul Bahri, selaku narasumber menyampaikan sikap moderat dalam beragama atau moderasi beragama diyakini dapat memupuk sikap toleransi dan kerukunan umat beragama. “Untuk itu, seluruh umat beragama diharapkan memiliki cara pandang, sikap dan praktik beragama dalam perspektif jalan tengah yang melindungi martabat kemanusiaan,” ucapnya.
Dia menjelaskan sejarah Piagam Madinah yang sangat toleran mengayomi seluruh umat beragama di Kota Madinah. “Toleransi harus mewujud dalam kehidupan keagamaan dan sosial bangsa, jangan terbatas pada simbolik perayaan semata. Jadi, kita harus ekslusif secara akidah, namun harus inklusif secara sosial,” tegasnya. (din/dm/bnn)