SATELIT NEWS.COM, TANGERANG—Fenomena remaja yang memberhentikan truk di Tangerang patut menjadi perhatian. Pasalnya, aksi mengejar jati diri dan kebanggaan semu ini amat membahayakan. Bukan saja untuk si pelaku namun juga arus lalu lintas di sekitarnya. Seperti yang terjadi di wilayah Gerendeng, Kecamatan Karawaci Kota Tangerang Jumat (03/06/2022) lalu.
Seorang remaja berusia 18 tahun berinisial Y meregang nyawa setelah tertabrak truk akibat ulahnya memberhentikan kontainer. Dari video yang diperoleh, Y bersama dua temannya hendak menumpang. Korban dan seorang temannya nampak menggunakan seragam yang sama yakni mengenakan jaket berwarna hitam dengan kombinasi putih bergaris merah, sementara yang satu menggunakan pakaian gelap dengan topi berwarna cokelat.
Mereka menunggu di pinggir jalan. Ketika melihat truk datang, seolah tanpa rasa takut remaja berusia belasan ini langsung menghadang. Nahas, sopir truk yang melajukan kendaraannya tak mampu berhenti seketika. Sementara dua remaja yang berada di belakang dan samping berhasil menghindar, korban yang berada paling depan justru makin nekat menghalangi truk. Akibatnya dia langsung tertabrak. Kepalanya terbentur di aspal. Tak cuma itu, tubuh Y lalu masuk ke kolong truk dan terlindas hingga terguling-guling dan lagi-lagi terbentur besi yang terdapat di bawah kolong truk. Saat kejadian, terdengar perekam video yang diduga teman korban berteriak histeris.
Di akhir video, jasad korban terlihat sudah dipinggirkan ke tepi jalan dengan kondisi tubuh tak bergerak serta darah yang terus mengalir dari kepala dan mulutnya. Oleh masyarakat dan teman korban, jasad remaja itu kemudian dievakuasi dengan kendaraan losbak.
Kepala Seksie Humas Polres Metro Tangerang Kota, AKP Sujana mengatakan ulah mereka itu bukan murni hanya untuk menumpang truk saja. Melainkan, untuk membuat konten. “Empat remaja membuat konten menghadang truk mendadak. Ada tiga orang yang menghadang, satu orang mengambil video,” ujarnya. “Saat kejadian truk kontainer melintas dengan kecepatan 40 Km per jam, dihadang secara mendadak sopir tidak sempat mengerem dan satu anak tertabrak,” tambahnya. Y yang meninggal dalam keadaan luka parah pada bagian kepala ini pun langsung dilarikan ke RSU Kabupaten Tangerang. Sedangkan, sopir dan kernet diamankan Polres Metro Tangerang Kota.
Kepala Divisi Pengawasan, monitoring dan evaluasi pada Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jasra Putra mengatakan minat besar anak-anak menjadi pembuat konten konten atau conten creator dalam berbagai bidang di dunia digital tidak diragukan lagi. Namun demikian, kata dia banyak generasi digital di Indonesia yang masih kurang terfasilitasi dengan baik. Bahkan, sampai mempertaruhkan nyawa untuk membuat konten.
“Tentu ini menjadi tantangan bagi kita semua. Untuk menyiapkan lebih baik generasi digital native kita,” katanya. Dia mengatakan fenomena ini harus menjadi perhatian. Kolaborasi baik dari instansi pendidikan, pemerintahan, kepolisian dan masyarakat diperlukan untuk membina anak-anak.
Tentunya, kata dia semua pihak perlu merasionalisasi peristiwa itu, merunutnya, dan melihatnya lebih jauh. Bahwa belajar membuat konten tentu sangat mudah ditemui di berbagai platform digital, namun anak anak adalah generasi peniru. “Seringkali anak terimajinasi begitu saja, spontan, merasa senang, melihat konten yang dianggap bagus, menantang, viral, tren, langsung mengundang mereka untuk membuat segera,” kata Jasra.
“Padahal di balik yang mereka lihat tersebut, ada proses rekayasa digital, rekayasa situasi dan kondisi, sehingga seperti nampak alami. Padahal belum tentu seperti yang mereka bayangkan,” tambah Jasra.
Dia menuturkan, sudah bukan saatnya menilai anak dengan gawainya. Namun, dengan perkembangan aplikasi platform digital yang dapat membahayakan dan mengancam anak anak kita. Perlu ada kebijakan turunan dari UU ITE dalam menyikapi hak tersebut.
“Agar dapat aman digunakan, masuk ke dalam sistem pendidikan baik di keluarga, sekolah dan lingkungan. Dalam bekal bersosial media, berselancar di dunia maya, bahkan keinginan besar mereka, mimpi mimpi mereka, dengan mencari hidup dan meraih masa depan disana,” jelasnya.
Menurutnya, ini tantangan untuk pendidikan. Terutama dalam memajukan berbagai disiplin keilmuan yang berkembang baik secara industri, lokal, dan kearifan di Indonesia. “Saya kira dunia pendidikan kita harus mulai berkembang ke arah sana, untuk membuka jurusan jurusan baru, yang menjadi tujuan cita cita anak sekarang,” kata Jasra.
Namun, aksesnya yang perlu diperluas dan percepat. Sehingga, tidak ada lagi pembuat conten creator yang harus meninggal. Serta, dapat meraih cita-citanya dan memperdalam setinggi tingginya tentang dunia keilmuwan ini. “Kita berharap para pemilik platform terpanggil secara moral untuk bekerjasama, bahkan memiliki rasa kewajiban dengan sekolah, keluarga dan lingkungan,” tutur Jasra.
Kata dia, sekolah harus mulai berani membuka kelas atas dasar hobi atau aplikasi yang digunakan mereka. Misal saja menjadi kegiatan ekstrakurikuler namun dalam pengawasan sekolah. “Agar generasi digital native kita tidak seperti hutan rimba, diserahkan pada pasar bebas, tanpa harus menyebutnya hanya menjadi eksploitasi ekonomi, dengan tanpa memikirkan keselamatan anak anak. Dan itu benar benar harus di ajarkan, bukan dengan men checklist persetujuan sebelum menggunakan konten, agar aman, itu tidak cukup sama sekali.
Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Pol Zain Dwi Nugroho mengatakan fenomena ini memang harus disikapi bersama. Pihaknya pun telah memanggil Dinas Pendidikan (Disdik), guru, kepala sekolah, tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk berkolaborasi mengatasi fenomena ini. “Fenomena ini banyak terjadi di beberapa wilayah. Mereka lakukan itu bukan cegat untuk naik, karena diduga untuk membuat konten untuk di naikkan, ini yang seharusnya sama sama kita atasi,” katanya.
Dia mengatakan pada hari yang sama saat peristiwa itu terjadi, polisi sempat mengamankan 14 orang anak yang hendak menghadang truk di Mapolres Metro Tangerang Kota. Pihaknya langsung menghubungi sekolah, RT, RW dan orang tua masing-masing anak tersebut. “Yang diamankan itu anak sekolah. Masih SMP. Bahkan yang meninggal itu masih 18 tahun,” kata Zain.
Motifnya mereka menghadang truk itu memang untuk membuat konten. Mereka ingin terkenal melalui aksinya itu. “Kan ada kelompoknya, makanya kita identifikasi kelompok yang ada di tempat kita, ini kan mereka nyebar konten , ‘oh kelompok kita bisa seperti ini’. Kan ini yang jadi potensi. Tentunya ini sekarang media sosial berpengaruh juga, kalo digunakan untuk negatif tentunya akan menimbulkan hal negatif,” jelas Zain.
Dia mengatakan, Polda Metro Jaya memiliki program “Ada Polisi”. Dimana progam ini melalukan sosialisasi untuk pencegahan tindakan yang mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). “Progam itu sudah cukup baik bahkan kita tawuran pun kita ada deklarasi sekolah yang potensi terjadi tawuran. Memang kita juga perlu pengawasan,” katanya.
Menurut Zain pengawasan ini tak hanya dilakukan oleh orangtua dan sekolah saja. Melainkan masyarakat juga turut membantu. Dia pun meminta kepada masyarakat apabila menemukan hal seperti itu maka segera lapor polisi. “Ini kan kasihan sama pengemudi mobil . Dia kan kaget juga karena tiba-tiba dicegat , pada saat jalan, ini tentunya pengemudi ini membahayakan bagi yang cegat. Bahkan ada yang luka-luka bahkan meninggal seperti kejadian kemarin,” tuturnya. (irfan)