SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Pengoperasian bilik disinfektan di Kota Tangerang dihentikan untuk sementara waktu. Pemerintah Kota Tangerang sengaja tak lagi menggunakan bilik tersebut lantaran dinilai membahayakan kesehatan bagi masyarakat.
“Iya kami menghentikan penggunaan chamber disinfektan di seluruh lokasi yang telah kami pasang tapi itu hanya sementara,” ujar Kepala Bidang Humas dan Protokol Pemerintah Kota Tangerang, Buceu Gartina kepada Satelit News, Senin (6/4).
Kementrian Kesehatan menyatakan cairan disinfektan berbahaya bagi tubuh manusia. Terutama cairan yang digunakan yakni campuran clorin dan air. Clorin dapat menyebabkan iritasi terhadap kulit manusia dan hanya direkomendasikan untuk benda mati saja karena sifatnya yang keras.
Alih-alih dapat mematikan dan mencegah penyebaran virus corona, penggunaan bilik disinfektan ini juga tidak direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO). Organisasi kesehatan dunia itu menyatakan kandungan dalam larutan disinfektan seperti alkohol dan clorin berisiko membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia.
Buceu yang juga mantan Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang menjelaskan kalau bilik disinfektan dihentikan sementara. Serta akan kembali beroperasi setelah mendapat arahan resmi dari pemerintah pusat.
“Sampai kami mendapat rekomendasi dari IDI dan WHO,” imbuhnya.
Pemerintah Kota Tangerang telah membuat sebanyak 50 bilik disinfektan. Sebagian bilik telah diterapkan di sejumlah lokasi yang rawan penyebaran Covid-19 seperti di terminal dan RSUD Kota Tangerang. Cairan yang digunakan yakni clorin dan air dengan perbandingan 1 per 10.
Walau dinyatakan berbahaya bagi tubuh manusia namun permintaan warga Kota Tangerang terhadap penyemprotan disinfektan cukup tinggi. Saat merebaknya penyebaran Covid 19 (Virus Corona) di Kota Tangerang, permintaan untuk penyemprotan disinfektan sangat tinggi dan mendominasi layanan Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BPBD Kota Tangerang.
Kepala Pusdalops BPBD Kota Tangerang, Muhamad Anwarudin, mengatakan, pada Maret 2020 tercatat ada 270 pelayanan kedaruratan yang dilaporkan warga kepada petugas. Untuk permintaan kegawatdaruratan paling tinggi yakni penyemprotan disinfektan di lingkungan warga yakni 212 layanan.
“Jumlah pelayanan lainnya yakni evakuasi sarang tawon 19 pelayanan, kebakaran 13 pelayanan, evakuasi pelepasan cincin 8 pelayanan, genangan akibat hujan 7 pelayanan, evakuasi hewan 5 pelayanan, evakuasi pohon tumbang membahayakan 3 pelayanan, dan layanan kedaruratan lainya ada 2 pelayanan,” katanya, Sabtu (4/4) lalu.
Adapun untuk presentase layanan yang dilakukan sebulan terakhir, yakni penyemprotan disinfektan 78 persen, evakuasi sarang tawon 7 persen, kebakaran 5 persen, evakuasi pemotongan cincin 3 persen, evakuasi genangan akibat hujan 3 persen, evakuasi hewan 2 persen, evakuasi pohon tumbang membahayakan 1 persen, layanan kedaruratan lain-lain 1 persen. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post