SATELITNEWS.ID, TANGSEL—Polres Tangerang Selatan menggelar Operasi Patuh Jaya 2022 selama 14 hari. Dalam operasi yang dimulai Senin (13/6/2022), setidaknya ada delapan target sasaran penindakan. Sejumlah sasaran tersebut yakni penggunaan knalpot bising, penggunaan rotator, aksi balap liar, melawan arus. Kemudian, menggunakan ponsel saat mengemudi, menggunakan helm tidak SNI, tidak menggunakan sabuk pengaman, serta berboncengan lebih dari satu orang.
Pada hari kedua operasi patuh jaya, Satlantas Polres Tangsel membagikan masker dan helm gratis, serta sembako di kawasan German Center, BSD. “Ini hari kedua operasi patuh jaya, bertujuan meningkatkan masyarakat dalam tertib berlalu lintas. Kami mengharapkan masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan,” ujar Kasatlantas Polres Tangerang Selatan, AKP Dicky Dwi Priambudi Arief Sutarman di lokasi, Selasa (14/6/2022).
Pihaknya juga melakukan penindakan dan teguran kepada pelanggar lalu lintas. Saat melakukan operasi, pihaknya mendapat lima pelanggar dan telah diberikan teguran.
“Namun anggota yang tidak bertugas di Operasi Patuh Jaya tentunya tidak akan melakukan pembiaran kepada masyarakat yang melanggar lalu lintas, terutama yang membahayakan pengendara lainnya maka kami akan kami lakukan sanksi tilang,” katanya.
Sementara, di luar target sasaran Operasi Patuh Jaya, polisi juga menyoroti pemotor yang menggunakan sandal jepit saat berkendara di Jalan raya karena dinilai kurang melindungi tubuh.
“Tidak ada perlindungan pakai sandal jepit, karena kalau sudah pakai motor, kulit bersentuhan langsung dengan aspal, ada api, ada bensin, ada kecepatan, makin cepat makin tidak terlindungi kita, itulah fatalitas,” kata Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Firman Santyabudi, Senin (13/6/2022).
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mengenakan sandal jepit selama mengendarai sepeda motor. Hal itu untuk meminimalisir risiko luka yang dialami pengendara jika terjadi kecelakaan.
Ia melihat masih banyak masyarakat yang menggampangkan penggunaan sandal saat berkendara. Meski memang ada biaya yang dikeluarkan untuk membeli sepatu maupun jaket pelindung berkendara. Namun, biaya itu tak sebanding jika taruhannya adalah nyawa.
“Lebih mahal mana dengan nyawa kita, tolong itu juga dijadikan pertimbangan sehingga untuk keluar sudah siap dengan perlengkapan yang ada, ini gunanya helm standard, pakai sepatu,” tuturnya.
Ia juga meminta anggota Kepolisian tidak melakukan pelanggaran yang sama. Polisi harus memberi contoh kepada masyarakat dengan menggunakan perlengkapan berkendara yang aman.
“Itu bentuk perlindungan kita kepada masyarakat yang ingin kita bangun, sehingga patuh menjadi bagian bukan lagi karena ada petugas,” ujarnya.
Rata-rata korban kecelakaan lalu lintas merupakan tulang punggung keluarga. Melihat fenomena tersebut, ia mengimbau kepada masyarakat untuk memikirkan dampaknya jika tak menaati dan mematuhi aturan berlalu lintas.
“Kalau sudah meninggal di situ ada yatim, di situ ada janda mohon maaf atau mungkin itu ada duda, kalau sekali lagi yang menjadi korbannya ini rata-rata adalah tulang punggung keluarga,” katanya. (jarkasih)