SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Angka kasus Covid-19 di Kota Tangerang kembali mengalami peningkatan sejak seminggu belakangan seiring munculnya Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di tanah air. Tercatat, setidaknya terdapat 37 kasus baru yang menjadi tertinggi semenjak dua minggu belakangan.
“Paling tinggi (kasus Covid-19) hari ini dan dua hari lalu, yakni mencapai 37 kasus,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, dr Dini Anggraeni kepada wartawan saat ditemui di kantornya, Selasa (21/06/2022). Dini menyampaikan, mereka yang dinyatakan positif Covid-19 adalah warga ber KTP Kota Tangerang namun diperiksa di luar Kota Tangerang. Dia juga tidak dapat memastikan apakah yang bersangkutan terserang Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 atau bukan, sebab harus melalui pemeriksaan lebih lanjut.
“Rata-rata antara tidak bergejala sampai dengan gejala ringan saja,” ucap Dini. Namun begitu, mantan Dirut RSUD Kota Tangerang ini menegaskan, pihaknya sudah melakukan antisipasi dengan menyediakan fasilitas kesehatan seperti Rumah Isolasi Terpadu (RIT) di Puskesmas Manis Jaya (Kecamatan Jatiuwung). “Kita berharap sih mudah-mudahan tidak sampai digunakan ya,” harapnya.
Disinggung apakah mereka yang dinyatakan positif Covid-19 sudah divaksin, mantan Sekdis Kesehatan ini menyebut memang ada beberapa yang sudah divaksin dosis III maupun hanya dosis II. “Tapi jangan sampai tidak jadi vaksin karena yang divaksin booster juga terkena Covid-19. Justru sebaliknya, malah harus bersyukur sudah divaksin booster, karena setelah divaksin itu gejalanya jadi ringan,” ucapnya.
Sementara untuk cakupan vaksin booster di Kota Tangerang baru mencapai 42,70 persen dan tetap harus ditingkatkan. Hal ini mengingat cara menanggulangi pandemi adalah selain dengan menjaga protokol kesehatan juga harus divaksin booster khususnya kepada kelompok lansia. Ketika ditanya apa yang menjadi kemungkinan pemicu naiknya Covid-19, Dini menyebut adanya pelonggaran aktivitas masyarakat. “Pertama adalah di kita sudah terjadi pelonggaran aktivitas lalu ditambah kita juga aglomerasi yang berdekatan dengan Jakarta dan DKI. Jadi ketika mobilitas masyarakat tinggi maka terjadi potensi penularan,” jelasnya. (made)