SATELITNEWS.ID, SERANG – PT Agrobisnis Banten Mandiri (ABM), yang merupakan Perusahaan Daerah (Perseroda) siap menjadi oftaker hasil panen para petani di Banten seperti cabai, bawang, tomat dan yang lainnya dengan jaminan harga jual yang stabil berdasarkan standar yang berlaku.
Hal tersebut dikatakan Direktur Utama (Dirut) PT ABM, Saiful Wijaya, Kamis (1/9/2022). Menurut Saiful, oftaker hasil pertanian yang dilakukan ABM itu penting dilakukan, agar dalam situasi apapun harga komoditi yang selalu memicu kenaikan angka inflasi itu bisa dikendalikan, karena stok kebutuhannya akan tercukupi.
“Kita siap memperkuat sektor perdagangan. Makanya ketika ada kegiatan tanam cabai kemarin, kita juga ikut serta, pada tahap pasca panennya tiga bulan nanti,” kata Saiful.
Saiful menambahkan, meskipun baru dia tahun berdiri, namun ABM sudah memiliki dua gudang distribusi serta 350 jaringan warung-warung kecil yang dinamakan Warung Banten (Wanten), yang tersebar di seluruh daerah di Banten.
“Di Wanten ini kita baru bisa distribusikan bahan-bahan kebutuhan pokok seperti minyak, gula, beras dan lainnya. Sedangkan untuk komoditi cabai dan lainnya kita baru akan menjajakan sekarang, supaya nanti ketika panen kita bisa langsung oftaker,” ujarnya.
Namun demikian, lanjutnya, penanganan masalah yang saat ini tengah dihadapi tidak bisa ditangani oleh ABM sendiri, butuh kerjasama dengan pemerintah seperti Dinas Pertanian (Distan) Provinsi dalam melakukan pemetaan dimana titik-titik pertanian yang akan memasuki masa panen.
“Beberapa Gapoktan sudah bekerjasama, seperti petani bawang di Kramatwatu, padi di Pandeglang dan Kabupaten Serang,” pungkasnya.
Rencana ABM itu disambut baik oleh Kepala Dinas Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten Babar Suharso. Menurut Babar, peran BUMD dalam hal ini ABM sangat penting sekali dalam rangka menjaga pasokan komoditi yang berpotensi menjadi kenaikan angka inflasi.
“Saya ingin ABM itu bisa menjadi oftaker seluruh produk hasil pertanian di Banten, sehingga keseimbangan harga dan pasokannya bisa terjaga dengan baik,” katanya.
Jangan sampai, Babar memberikan warning, produk dari para petani di Banten langsung di serahkan ke mekanisme pasar, karena itu akan berdampak buruk bagi kelangsungan usaha mereka. Serta untuk menghindari harga cabai menjadi turun pada saat panen raya.
“Sementara hasil pertanian itu tidak bisa bertahan lama, karen akan busuk. Sehingga dari pada dibiarkan, lebih baik mereka jual dalam waktu cepat, meskipun dengan harga murah, akhirnya para petani menjerit,” ujarnya.
Pada posisi ini, peran ABM mempunyai tugas menyimpan hasil panen itu dalam jangka panjang, makanya perlu teknologi. Kalau ditanamnya saja menggunakan teknologi irigasi kabut, maka pasca panen juga harus menggunakan teknologi lagi seperti kontrol atmosfer storage.
“Kita dorong ABM kearah sana, karena nanamnya saja sudah canggih, apalagi pasca panennya. Kalau sudah bisa seperti itu mudah-mudahan bisa termenej dengan baik,” katanya. (mg2)