SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak marak belakangan marak terjadi. Hal itu perlu menjadi perhatian bersama. Pasalnya, kekerasan kerap terjadi menimpa anak-anak di mana pelakunya merupakan orang sekitarnya.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Women and Youth Center (SWYC) Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasa Seksual (PPKS) Universitas Budi Luhur, dr, Umaimah Wajid. Dia mengatakan, masyarakat jangan takut atau bungkam akan kekerasan pada perempuan di sekitarnya. Masyarakat harus berani melaporkan sebagai bentuk pencegahan.
“Sangat diperlukan kampanye lebih serius agar perempuan dan anak-anak atau semua pihak berani menolak atau speak up ketika mengalami kekerasan,” ujarnya, Kamis (8/12/2022).
Menurutnya, para korban perlu dilakukan pendampingan serta penanganan khusus jangan sampai malah mambuat korban tertekan. Pihak aparat harus memberikan perhatian serius terhadap penanganan kekerasan seksual, karena negara memang harus hadir untuk melindungi perempuan dan anak anak.
Diberitakan sebelumnya, seorang anak menjadi korban pencabulan yang dilakukan oleh ayah tirinya berinisial H (38) di wilayah Karang Tengah, Kota Tangerang. Pencabulan itu dilakukan pelaku di kamar korban saat tengah tidur. Ibu kandung korban yang curiga dengan perubahan bentuk fisik anaknya langsung memeriksakan anaknya ke rumah sakit.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata diketahui korban telah hamil dengan usia kandungan 31 minggu. Atas kejadian tersebut, ibu korban yang tidak terima melaporkannya ke pihak kepolisian. “Apresiasi kepada ibu korban yang berani melaporkan pelaku kepada polisi sehingga kasus ini ditindak. Ibu dan keluarga sudah sepatutnya memberikan perlindungan dan mendampingi korban,” jelasnya.
Dirinya memaparkan, kekerasan seksual adalah kejahatah kemanusia yang sangat buruk dan pelaku harus dihukum seberat beratnya sesuai hukum yang berlaku. Orangtua yang seharusnya sebagai pelindung dan penjaga anak-anak dan keluarga justru melakukan perbuatan yang menghancurkan kehidupan anaknya.
“Tidak boleh ada sikap toleran terhadap apapun bentuk kekerasan. Kekerasan seksual terjadi karena relasi kuasa yayaang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan,” katanya. “Sangat diperlukan kampanye lebih serius agar perempuan dan anak anka atau semua pihak berani menolak atau speak up kita mengalami kekerasan,” imbuhnya. (mg03)
Diskusi tentang ini post