SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Pemerintah Kota Tangerang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) melakukan perubahan terhadap tugu yang berada di Jalan KH Hasyim Ashari, Kecamatan Cipondoh. Dua ikan gabus menjadi ikon baru yang berdampingan dengan Situ Cipondoh.
Di bagian bawah terdapat bunga teratai. Kepala Disbudpar, Rizal Ridholloh mengatakan, nilai historis tugu tersebut merupakan kearifan lokal dari wilayah tersebut.
“Tugu ikan di Cipondoh itu adalah ikon ikan gabus, kemudian bunga putih itu teratai, yang merupakan kearifan lokal Cipondoh,” ujarnya saat ditemui, Jumat, (06/01/2023).
Lebih lanjut, Rizal memaparkan, Cipondoh merupakan daerah yang memiliki penghasilan dari ikan gabus. Pasalnya, lanjut dia, terdapat banyak rumah makan yang menyediakan menu makanan khas ikan gabus.
“Udah banyak bener makanan khas gabus: Gabus Po Roy, Po Minun, Madun Oseng, dan lainnya. Jadi, ikan gabus itu khas banget di Cipondoh, mah. Dan, kekayaan hayati lainya seperti teratai juga eceng gondok,” ujar Rizal, yang tak lain mantan Camat Cipondoh ini.
Di samping itu, Rizal mengungkapkan, terdapat beberapa unsur yang menyebabkan pihaknya melakukan revitalisasi pada tugu tersebut. Puncak tugu sebelumnya yang berbentuk miniatur kubah Masjid Al-Azom, sudah mengalami kerusakan karena termakan usia. “Tugu yang awal itu sudah rusak dan memang layak direvitalisasi, kerena, kan, sudah dari 2017 itu dibangun,” terangnya.
Di sisi lain, dirinya mengatakan, terdapat aspirasi masyarakat yang mengeluhkan vandalisme pada tugu sebelumnya. Apalagi, ikon tugu sebelumnya berbentuk kubah masjid. “Ada yang menyampaikan ke saya. Katanya, masa masjid dicoret-coret, kan, nggak bagus,” jelasnya.
Sehubungan dengan itu, Rizal berpesan, agar masyarakat bisa saling menjaga dan merawat bersama-sama. Sebab pihaknya tidak bisa mengawasi secara penuh. “Secara keseluruhan sudah selesai. Kalau anggaran, perlu adanya kerjasama untuk sama-sama menjaga,” katanya.
Rehabilitasi tugu yang menghabiskan anggaran sekitar Rp 150 juta ini bagian dari pemeliharaan ikon wilayah yang menghubungkan Jalan Maulan Hasanudin dengan Hasyim Ashari.
Sementara, Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disbudpar, Sumangku Getar, menanggapi terobosan kebijakan tersebut. Menurutnya hal tersebut bisa menjadi potensi yang dapat mengangkat nilai kearifan lokal masyarakat sekitar.
“Yang menjadi perbedaan adalah trademark – tradisi dari suatu daerah atau peristiwa kebudayaan, yang berkembang dan tumbuh serta menjadi potensi, yang menjadi nilai jual di dalam dunia pariwisata,” ucapnya.
Dahulu, kata Mangku, pembuatan tugu selalu disertai peristiwa monumental. Karena itu, dia berharap, Kota Tangerang memiliki monumen peradaban Tangerang Raya, yang telah terbagi menjadi tiga bagian.
“Di Gerendeng, mudah-mudahan, bisa berdiri patung Tiga Aria: Aria Wangsakara, Aria Yudhanegara, dan Aria Jaya Santika, sehingga menjadi perekat wilayah Tangerang Raya,” harapnya. (mg03)
Diskusi tentang ini post