SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Masyarakat yang berada di Kelurahan Panunggangan Barat, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang mengeluhkan akses jalan yang sudah ada bertahun- tahun kini justru ditutup pengembang. Pasalnya, jalan tersebut merupakan penghubung antara dua kampung.
“Jalan warga itu diberikan para leluhur, yang sudah ada sejak tahun 1950-an. Sepanjang perkembangan, jalan tersebut dipindahkan atau digeser pengembang, karena mereka ingin melakukan pembangunan perumahan yang disetujui oleh warga,” ujar Aspura, salah satu tokoh masyarakat, Minggu (08/01/2023).
“Tapi saat ini di 24 Oktober 2022 tepatnya, pihak pengembang melayangkan surat penutupan akses jalan kepada ketua RW. Alasannya, ingin melakukan pembangunan kembali,” imbuhnya. Atas surat pemberitahuan itu, para warga sempat melakukan mediasi yang diikuti oleh pengembang dan pihak kelurahan. Namun tidak menemukan kesepakatan. Pasalnya, kata Aspura, adanya mediasi itu, warga meminta kejelasan pihak pengembang perihal lahan pengganti jalan masyarakat.
“Menyikapi surat tersebut, warga minta ditangguhkan karena mau meminta kejelasan pihak pengembang, kemudian mereka melakukan penutupan secara paksa, tapi warga sekitar menolak dan mempertanyakan perpindahan kembali akses jalan tersebut, yang akhirnya penutupan tersebut dibatalkan.
Diketahui, akses penghubung Kampung Sangereng dengan Panunggangan ini telah ditutup secara permanen menggunakan tembok sejak Kamis 5 Januari 2023 lalu. Padahal, lanjut dia, jalan tersebut sudah dilakukan perawatan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang dengan memasang paving blok dan Penerangan Jalan Umum (PJU).
“Kami menanyakan ke pemerintah kejelasan hukumnya karena itu kan sudah menyerap anggaran dari pemerintah, kemudian timbul surat SHGB, padahal akses jalan masyarakat itu tidak dijual karena telah dihibahkan dari pemilik lahan untuk umum, termasuk selokan air, yang tidak ada kepemilikan seorangan,” terangnya.
Bukan tak ada jalan alternatif, Aspura menyebut dengan tertutupnya akses jalan membuat masyarakat harus memutar yang cukup jauh, apalagi bagi para siswa yang bersekolah. “Untuk kendaraan motor masih bisa lewat, tapi harus muter. Tapi kendaraan mobil nggak bisa lewat. Jadi, mobil ambulans atau kalau ada bencana mobil damkar nggak bisa masuk. Jadi, jelas kami dirugikan,” katanya.
“Jalan hibah masyarakat atau sering disebut gili, ketika kami mencoba konfirmasi kembali kepada ahli waris terkait status tanah. Katanya, hanya menjual lahan persawahan dan tidak pernah menjual lahan yang sudah menjadi akses jalan masyarakat,” imbuhnya.
Wawan, salah satu warga mengatakan, lahan yang merupakan akses masyarakat kurang lebih 1.000 meter. Dirinya berharap agar pihak pengembang memberikan solusi, pasalnya, saat mediasi terakhir, tidak ada satupun pihak pengembang yang hadir.
“Jadi kami coba cari solusi kalau memang ini ditutup, walaupun dibuatkan mepet enggak apa-apa paling nggak ada jalan buat kami. Tetapi itu tidak ditanggapi,” pungkasnya. Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari pihak pengembang. (mg03)
Diskusi tentang ini post