SATELITNEWS.COM, JAKARTA—Ada banyak hal menarik di balik penangkapan Gubernur Papua Lukas Enembe, di Restoran Sendok Garpu, Jayapura, Selasa (10/01/2023). Ternyata, ada “peran” nasi bungkus yang ikut berjasa dalam meringkus tersangka gratifikasi yang selama ini ngeyel ke KPK itu.
Soal jasa nasi bungkus ini, dibocorin Menko Polhukam Mahfud MD, di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, kemarin.
Menurut Mahfud, selama ini aparat diam-diam menghitung jumlah nasi bungkus yang dipesan untuk pendukung Enembe. Tujuannya, untuk mengetahui jumlah massa yang menjaga Enembe sebelum dilakukan penangkapan. Sebab, selama ini, diperkirakan ada ribuan pendukung Enembe standby di sekitar kediaman Enembe. Kondisi itu menyulitkan aparat untuk melakukan penangkapan.
Mahfud bercerita, saat pantauan hari pertama, ada sekitar 5.000 nasi bungkus yang dipesan untuk pendukung Enembe. Namun, seiring waktu, jumlah itu berangsur-angsur berkurang. “Turun 3.000, terakhir turun cuma 60. Ini sekarang sudah tidak ada orang yang jaga di sana, kita tahu,” papar Mahfud.
Strategi itu, terbukti efektif. Ketika dilakukan penangkapan, tidak banyak massa pendukung Enembe yang berjaga. Sehingga, kericuhan bisa diminimalisir oleh aparat dengan baik. “Masa, kita tidak tahu yang begitu. Makanya terus dihitung, cara menangkapnya gimana. Gampang kan nangkapnya,” sambungnya.
Dari mana info nasi bungkus itu diperoleh? Mahfud mengatakan, aparat mendapatkan update info nasi bungkus itu dari catatan katering yang dikirimkan untuk orang-orang yang sering nongkrong di sekitar rumah Enembe. Saat jumlah nasi bungkus yang dipesan semakin berkurang, saat itulah petugas bergerak. “Kita menghitung tiap hari. Ada catatannya. Sehingga, nangkapnya lebih gampang,” lanjutnya.
Meskipun jumlah massa pendukung terus berkurang, ternyata Enembe masih tidak kooperatif saat ditangkap. Namun, KPK tidak lagi mau berkompromi. Enembe langsung digelandang ke Jakarta.
Hal itu diungkapkan Ketua KPK Firli Bahuri, saat jumpa pers, di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, kemarin. Di rumah sakit tersebut, Enembe diperiksa dan dirawat untuk memastikan kondisi kesehatannya.
“Tindakan penangkapan dilakukan untuk mempercepat proses penyidikan. Di samping itu juga kita tahu bersama juga bahwa Saudara LE tetap menunjukkan sikap tidak kooperatif,” terang Firli. Tim kuasa hukum Enembe yang kalah start dari KPK saat proses penangkapan, baru menyusul ke Jakarta, pagi kemarin. Selain pengacara, dua orang tim dokter pribadi Enembe juga diterbangkan dari Papua.
“Dokter pribadi Pak Lukas hari ini ke Jakarta, Pak Dokter Anton Mote, Pak Roy Renin, Pak Petrus Bala, dan Pak Edi,” jelas pengacara Enembe, Aloysius Renwarin, kemarin.
Partai Demokrat belum bersikap usai salah satu kadernya itu, dicokok KPK. Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Hinca Pandjaitan mengaku, pihaknya masih menunggu proses hukum yang masih berjalan di KPK.
“Ya kan prosesnya jalan tuh, nanti kutunggulah hasil KPK,” kata Hinca, kepada wartawan, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin. Ia berjanji, pernyataan dari DPP Partai Demokrat terkait penangkapan Enembe akan disampaikan hari ini. “Biar jangan terburu-buru,” sambung anggota Komisi III DPR ini.
Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman meminta KPK tidak berhenti di kasus gratifikasi yang menjerat Enembe. Namun, harus juga dikembangkan lagi ke pengusutan dugaan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Tujuannya, untuk menelusuri aktivitas judi Enembe. “Uang dari mana itu untuk judi yang diduga nilainya besar,” kata Koordinator MAKI Boyamin Saiman.
Tak lupa, ia mengapresiasi kinerja KPK yang berhasil melewati segala rintangan dalam proses penangkapan Enembe. Menurutnya, penangkapan yang dilakukan lembaga anti-rasuah di restoran langganan Enembe itu, terbilang cerdik. “Karena saya mendengar informasi bahwa Pak Lukas Enembe akan terbang ke Tolikara. Dan seperti biasanya, ketika mau terbang, dia sarapan di restoran langganannya,” pungkasnya. (rm.id)
Diskusi tentang ini post