SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Kelangkaan minyak goreng kemasan subsidi pemerintah “Minyakita” makin meluas. Sekali pun ada, maka harganya melebihi yang ditetapkan pemerintah. Hal tersebut pun dikeluhkan pedagang.
Salah satunya pedagang sembako di Pasar Anyar, Kota Tangerang Engguan. Dia mengatakan, di lapaknya hanya tersisa beberapa kemasan Minyakita. Dirinya menjual dengan harga Rp 17 ribu per liter, lebih mahal dari harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 14 ribu.
“Karena harganya dinaikkan, saya jual segitu Rp 17 ribu. Ini saja tinggal 3 kantong, stoknya sudah enggak ada lagi, karena barangnya langka,” ujarnya, ketika ditemui Kamis (02/02/2023). Engguan mengaku terpaksa menaikkan harga minyak itu lantaran dari distributor juga telah melakukan hal yang sama. Bahkan, kata dia, pembelian Minyakita di distributor sudah dibatasi.
“Saya ambil dari distributor Rp 175 ribu per kartonnya. Tapi itu juga terbatas barangnya. Enggak bisa banyak juga dapatnya, paling 1-2 karton, itupun sulit kadang barangnya ada, kadang enggak,” ungkap dia. Lebih jauh dirinya menjelaskan, keputusan menaikkan harga jual juga mendapatkan protes dari konsumen. Namun jika dijual sesuai HET, dia akan alami kerugian.
“Kalau begitu aneh jadinya, percuma kan ngapain ada banderol kalau harganya lebih dari Rp 14 ribu. Mending sekalian enggak usah dibikin banderol, kan masyarakat tahunya beli dengan harga banderol,” jelasnya.
“Dulu waktu awal-awal memang harga sama banderolnya sesuai, 14 ribu dan barangnya banyak. Tapi sekarang mah mana bisa kita jual segitu, jualnya sekarang Rp 16-17 ribu ya gara-gara harganya dinaikin lagi,” imbuhnya.
Persoalan Minyakita pun tak berhenti di harga. Engguan menyebut tidak pernah ada kepastian kapan suplai minyak goreng subsidi itu sampai ke pedagang. Ia pun memutuskan menjual minyak curah ketimbang menunggu datangnya barang.
“Awalnya Minyakita gampang didapat, tapi setelah beberapa lama berjalan jadi kosong, langka. Kita juga enggak tahu kapan bakal dikirim lagi barangnya. Saya hanya jual yang ada, kalaupun kosong, masih ada minyak curah,” terangnya.
Dirinya menambahkan masyarakat enggan pindah menggunakan minyak curah. Pasalnya, kata dia, minyak tersebut biasanya diburu oleh pedagang. “Kalau ibu-ibu rumah tangga engga mau pakai minyak curah,” jelasnya.
Dirinya berharap pendistribusian minyak subsidi dapat kembali normal. “Kalau bisa pendistribusiannya diperbanyak, jadi penjualan bisa sesuai dengan bandrol ya Rp 14 ribu. Kalau di banderol Rp 14 ribu tapi kita ambilnya mahal, ya kita juga pusing jadinya,” ungkapnya.
Hal senada diungkapkan pedagang lainnya, Salih. Dia memaparkan, banyak juga pelanggannya yang komplain dengan naiknya harga. “Cuma harganya aja emang naik, pelanggan bilang minyak mahal. Sebelumnya kan harganya Rp 14 ribu,” jelasnya.
Terpisah, Pimpin Bulog Divisi Regional (Divre) Tangerang, Nolly Desyanti mengatakan, untuk di Blok Cabang Tangerang saat ini pasokan tengah kosong dan sudah melakukan pemesanan dengan PT TSL dari Makassar. Tetapi, kata Nolly, pihaknya belum bisa memastikan lantaran masih menunggu antrean.
“Jadi gini kalau untuk minyak kita untuk di Blok Cabang Tangerang ini kosong kita sudah melakukan pemesanan dengan PT TSL sebanyak 3WB, 3WB itu sebanyak 3 kontainer gitu ya , kira kira 20 ribu liter kapasitasnya. Itu kedatangan nya belum tau kapan karena memang kita menunggu antrean,” katanya.
Nolly juga menjelaskan, terkait minyak goreng dengan merk lain yaitu Rose Brand, dirinya sudah menyediakan stok sekitar 30 ribu liter. “Kalau Rose Brand kan itu minyak kemasan premium ya, total stok yang ada di kita itu sekitar 30 ribu liter dan akan masuk sekitar 30 ribu liter purchase order (PO) kita, jadi total semua ada 60 ribu liter,” tambahnya.
Terkait stok pangan menjelang Ramadan tahun ini, kata Nolly, cukup untuk masalah minyak goreng (migor) dan bahan pangan lain nya. “Insya Allah cukuplah kalau untuk masalah minyak goreng, kalau untuk barang-barang yang komersial itu kan pemenuhan stoknya, kira- kira kondisi perkembangan penjualan 3 tahun ke belakang seperti apa,” pungkasnya. (mg03)
Diskusi tentang ini post