SATELITNEWS.COM, JAKARTA—Pemerintah bakal menggelar operasi pasar besar-besaran di semua provinsi untuk mengendalikan harga beras di pasaran. Hal ini disampaikan Presiden Jokowi usai mengecek harga-harga bahan pokok di Pasar Baturiti, Kabupaten Tabanan Provinsi, Bali, yang disiarkan melalui YouTube Sekretariat Presiden.
“Harga beras di semua provinsi memang naik. Kita sedang lakukan operasi pasar bersama Bulog di seluruh provinsi. Terus dilakukan,” ujar Jokowi. Menurut Jokowi, operasi pasar sudah dilakukan sejak awal Januari 2023. Namun, diakuinya, kegiatan tersebut hanya berdampak sedikit terhadap penurunan harga beras.
“Minggu-minggu ini terus kita lakukan operasi pasar besar-besaran,” tegas Jokowi. Eks Wali Kota Solo ini mengaku rutin melakukan kunjungan ke pasar untuk mengecek harga sembako selain beras. “Saya cek harga minyak masih baik, Rp 15 ribu, ada kenaikan dikit. Saya kira biasa naik turun. Kemudian harga-harga yang lain saya lihat stabil, baik,” ungkap Jokowi.
Sebelumnya, Jokowi telah memanggil Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, untuk melakukan rapat internal membahas stabilisasi harga beras.
Budi Waseso mengatakan, kenaikan harga beras disebabkan kurangnya pasokan. Namun, dia berjanji harga beras di pasar akan kembali murah dalam waktu dekat. Pasalnya, Pemerintah akan menjual beras impor kualitas premium Rp 8.300 per kilogram (kg) di tingkat konsumen.
Bulog akan menjual langsung beras ke ritel modern seperti Alfamart dan Indomart dengan harga maksimal Rp 9.450 per kg atau Harga Eceran Tertinggi (HET). Selain itu, Bulog juga akan membangun kios di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
Pengamat pertanian Khudori menilai, operasi pasar yang dilakukan tidak bisa langsung menjangkau konsumen. Akibatnya, Pemerintah kesulitan mengontrol harga beras dalam operasi pasar hingga di tangan konsumen.
Seharusnya, kata Khudori, dalam situasi seperti sekarang, operasi pasar langsung menjangkau konsumen. Selain itu, pasokan beras di pasar-pasar dibuat jenuh, sehingga hilang peluang spekulasi kenaikan harga. “Kenaikan harga beras ini paling tidak masih akan dirasakan dalam sebulan ke depan, hingga puncak panen raya tiba Maret 2023,” ujarnya.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin mengatakan, salah satu penyebab harga beras saat ini masih tinggi karena belum panen raya.
Jadi, kebutuhan masyarakat Indonesia tidak terpenuhi, meski ada impor beras yang sudah dilakukan oleh Pemerintah. “Konsumsi kita 2,5 juta ton. Bayangkan kalau suplai masih 1,5 juta ton, pasti mahal harganya,” katanya.
Untuk diketahui, Bank Dunia pernah membuat laporan bahwa harga beras di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara ASEAN selama satu dekade terakhir. Harga beras di Indonesia 28 persen lebih tinggi dari Filipina. Bahkan dua kali lipat harga beras di Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Thailand. (rm)
Diskusi tentang ini post