SATELITNEWS, TANGERANG—Prestasi membanggakan mampu diraih oleh Elsa Novia Sena (25). Ia menjadi finalis 10 besar Cide dalam pemilihan Kode Cide Tangerang 2023. Partisipasi warga Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang ini dalam rangka ingin banyak mempelajari budaya dan sejarah Cina Benteng sekaligus menambah teman dan pengalaman baru.
“Saya diberitahu teman bahwa ada ajang Kode-Cide Benteng dan saya ingin mendaftar karena saya ada ketertarikan dengan Budaya Cina Benteng,” ujar Elsa, belum lama ini. Keikutsertaan Elsa memberikan pengalaman baru bagi lulusan S-1 Gizi dari salah satu kampus di Jakarta ini. Ia dapat melakukan napak tilas ke beberapa cagar budaya dan bangunan bersejarah di Tangerang.
“Karena Cide Kode inilah saya bisa tahu tentang makam Kapitein Oey Kiat Tjin yang orang jarang sekali tahu bahwa ada makam kapitan terakhir di Tangerang. Selain itu, ada beberapa hal lagi yang orang lain juga belum tahu tentang budaya Cina Benteng diulas dan dibahas saat mengikuti workshop Pemilihan Cide Kode,” ungkap peraih beasiswa Dikti Student Exchange di Asia University Taiwan.
Menurutnya, Cide Kode ini merupakan wadah bagi anak muda untuk belajar tentang budaya Cina Benteng yang belum banyak diketahui oleh generasi muda termasuk dirinya. “kita tidak terlalu mengerti dan paham, tapi di Cide Kode kita sama-sama belajar tentang budaya kita budaya Cina Benteng,” katanya.
Sebagai finalis Cide, Elsa memiliki visi dan misi menyebarluaskan informasi sejarah budaya Tionghoa khususnya Cina Benteng melalui media sosial. Media sosial kini menjadi sarana efektif menyampaikan informasi ke generasi muda.
“Karena semakin aku pelajari ternyata banyak sekali hal menarik tentang budaya Cina Benteng. Dengan kita belajar dan tahu tentang budaya kita, kita jadi semakin paham dan mengerti nilai-nilai filosofi yang sebenarnya baik sekali untuk kehidupan kita. Karena banyak yang tidak mengetahui nilai tersebut atau hanya mengikuti saja, maka dari itu budaya semakin lama semakin ditinggalkan,” pungkasnya.
Sebelum menjadi finalis Cide Benteng Elsa sudah aktif menjadi konten kreator yang banyak mengulas tentang sejarah budaya Tionghoa khususnya Cina Benteng. Terbaru postingan tiktok kapitan Oey Kiat Tjin yang dibuat oleh Elsa telah ditonton jutaan orang hingga menjadi perhatian pihak-pihak terkait.
“Ini hal yang menarik sekali karena aku yakin video tersebut akan viral tapi aku tidak menyangka akan seimpact itu terhadap masyarakat dan pemerintah. Aku hanya ingin menyampaikan apa yang aku pelajari dan ketahui untuk masyarakat dan Makam Kapitan Oey Kiat Tjin ini memang harus diangkat karena ini satu-satunya bukti bahwa di Tangerang ada loh Kapitan Cina yang dulu sangat dihormati oleh masyarakat Cina Benteng dan Pribumi pada zaman Hindia Belanda. Karena rumah keluarga beliau sudah hilang dan hancur pada akhir tahun 2008,” ungkap Elsa.
Kapitan Oey Kiat Tjin adalah leluhur orang Cina Benteng yang tugasnya adalah mengurus administrasi seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian, mewakili dan menyampaikan aspirasi, dan menjaga keamanan orang Cina Benteng pada saat itu. Selain itu, keluarganya mempunyai kebun karet yang sangat luas dan banyak mempekerjakan orang Cina Benteng dan pribumi. “Jadi beliau ini memang yang sangat berpengaruh tapi masyarakat mungkin saja banyak yang tidak tahu,”
“Jujur setelah melihat makam aku sangat sedih sekali karena banyak sekali sampah, orang-orang tidak tahu karena lokasinya agak sedikit terpencil, dan di tengah pemukiman penduduk non Chinese yang mayoritas memang tidak tahu itu makam siapa. Tapi menurutku sangat tidak baik sekali aksi vandalisme dan makam tersebut menjadi tempat pembuangan sampah,” pungkasnya.
Setelah video Kapitan Oey Kian Tjin viral, hatinya tergerak agar video itu tidak hanya viral saja lalu tidak nanti dilupakan. Namun juga dapat memperjuangkan makam Kapitan Oey Kiat Tjin. “Minimal warga sadar bahwa makam tersebut telah menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat dengan aku mengajak membersihkan makam pada tanggal 15 April bersama Pak Lurah Nusa Jaya, warga sekitar, dan simpatisan yang hadir,” ujar Elsa.
Selain memviralkan dan melakukan kerja bakti membersihkan Makam Kapitan Oey Kiat Tjin, Elsa mempunyai rencana untuk langkah konkret lainnya agar makam tersebut terjaga dan terawat sebab untuk menjadi cagar budaya prosesnya akan memakan waktu lama.
“Jangan sampai kita hanya menunggu saja dan mengandalkan pemerintah tapi sebagai masyarakat juga kita perlu turut berpartisipasi menjaga makam Kapitan Oey Kiat Tjin,” kata Elsa. Dari postingan tersebut, Elsa mengaku mendapatkan jalan terang untuk menelusuri cucu atau cicit ahli waris Makam kapitan Oey Kiat Tjin.
“Seperti Pak Lurah Nusa Jaya menghubungi aku untuk membantu mencari info tentang cucu/cicit beliau. Tidak lama kemudian cicitnya juga menghubungi aku dan kita berkomunikasi dengan baik. Selain itu juga banyak masyarakat yang peduli dengan makam tersebut,” ujar Elsa.
Membuat video tiktok tentang budaya cina benteng berawal dari dirinya yang kerap mendapatkan informasi sejarah dari sang Ayah. Misalkan terkait lokasi yang sekarang menjadi Restoran cepat saji di perempatan Shinta Karawaci yang dahulunya merupakan rumah Kapitan Cina.
“Rumahnya sangat besar tapi sayang sudah tidak ada. Ada rasa ingin tahu dari diriku sendiri tentang pengetahuan umum khususnya budaya bahwa asal usulnya sepertinya apa, kenapa harus melakukan ini, maknanya apa, dan sebagainya,” terang Elsa.
Dari informasi dan rasa ingin tahu itu, Elsa menelusuri literasinya dan membahasnya dengan cara yang mudah dimengerti dan singkat lewat video TikTok yang durasinya sekitar 1-1.30 menit. Elsa menuturkan, bahwa kondisi saat ini masyarakat khususnya keturunan Tionghoa masih minim literasi yang didapatkan karena dari dulu mungkin hanya mengikuti saja tanpa tahu sejarah dan maknanya.
Dari ketidaktahuan ini mungkin banyak yang menganggap tradisi dan budaya Tionghoa itu kuno dan ribet. Banyak juga yang meninggalkan budaya dan tradisi dari leluhur kita. “Jika seperti ini terus mungkin beberapa puluh tahun atau ratusan tahun kemudian budaya Tionghoa akan hilang. Padahal budaya Tionghoa sudah ada lebih dari 5000 tahun yang lalu,” ujarnya.
Rencana kedepan Elsa akan terus menggali sejarah Tionghoa khususnya Cina Benteng yang memang unik seperti Tradisi pernikahan Cio Tao yang di Cinanya sendiri hampir punah, bahasanya yang unik, dan masyarakat Cina Benteng sudah membaur dengan masyarakat lokal sejak dulu hingga sekarang. Ia mengajak generasi muda peduli dengan tradisi dan budaya peninggalan leluhur kita. Dengan menumbuhkan rasa peduli itu secara tidak langsung juga melestarikan budaya kita sendiri dimana semakin lama sudah semakin ditinggalkan. “Ada pepatah Cina kuno mengatakan bahwa “Jika kita minum air, maka kita harus selalu ingat pada sumber mata airnya”,” tandasnya. (made)
Diskusi tentang ini post