SATELITNEWS.COM, SERPONG—Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie menegaskan tidak ada anak kecil yang memainkan rem sehingga bus wisata pembawa rombongan peziarah terjun ke sungai di lokasi wisata Guci, Tegal. Penegasan itu sekaligus membantah isu yang beredar luas di media sosial bahwa ada anak kecil yang tanpa pengawasan orangtua, duduk di kursi sopir dan memainkan rem tangan dalam insiden tersebut.
“Jadi penjelasan dari Kalpolres Tegal itu tidak ada anak kecil yang melepaskan rem tangan, ada anak kecil di situ tapi dipangku sama ibunya kok,” ujar Benyamin Davnie, Selasa (9/5).
Benyamin mengatakan Polres Tegal masih menyelidiki penyebab pasti kecelakaan yang merenggut nyawa dua korban itu. Penyelidikan dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelalaian manusia atau masalah teknis kendaraan dalam kecelakaan tersebut.
“Ini yang masih dalam penyelidikan, yang pasti tidak ada anak kecil yang melepaskan rem itu,” ucap Benyamin.
Kapolres AKBP Mochammad Sajarod Zakun menyatakan pihaknya masih menyelidiki kasus terperosoknya bus pariwisata di kawasan Guci. Sampai saat ini, saksi yang diperiksa berjumlah 13 orang.
“Kurang lebih ada 13 orang,” kata Kapolres dikutip dari jawapos.com, kemarin.
Saksi tambahan yakni masyarakat yang melihat peristiwa bus masuk sungai dan membantu proses evakuasi para korban di dalam bus. Selain itu, pihak pengelola bus pariwisata juga dimintai keterangan.
“Dan juga dari PO hari ini kita periksa, dari PO Duta Wisata ya,” jelas Sajarod.
Mochammad Sajarod Zakun, menuturkan bahwa bus pariwisata yang terperosok ke sungai di kawasan Guci, tengah dipanasi mesinnya. Namun, kondisi bus berhenti memang di jalanan yang menurun.
“Bus sedang dipanasi dan sudah diganjal dan juga pake hand rem, posisi tempat parkir agak menurun. Ini masih diselidiki kenapa bus bisa jalan,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (7/5).
Adapun yang memanaskan mesin bus itu, kata Sajarod adalah kernet bus tersebut. Sedangkan sopir sedang berada di luar bus.
Bus ini mengangkut 50 orang dari Tangerang Selatan. Namun, saat peristiwa terjadi, 13 penumpang belum masuk ke dalam bus. Selain 2 korban tewas, 35 penumpang lainnya mengalami luka-luka.
“Dari manifest 50 orang (penumpang), tapi di dalam bus saat kejadian ada 37, sisanya 13 belum naik,” pungkas Sajarod.
Terkait kecelakaan tersebut, Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie menyerahkan santunan dari Jasa Raharja ke dua keluarga korban meninggal dunia kecelakaan bus di Guci Tegal, Selasa (9/5).
“Saya mengantarkan dan mendampingi dari Jasa Raharja memberikan santunan ke keluarga almarhum bapak Maja dan Ibin Mukorobin,” terangnya. Santunan yang diberikan sebesar 50 juta rupiah kepada ahli waris keluarga yang ditinggalkan.
“Tentunya saya atas nama pemerintah kota menyampaikan terima kasih atas bantuan ini. Dan kepada keluarga semoga bisa memanfaatkan uang tersebut dengan sebaik-baiknya,” ucap Benyamin.
Hastuti Retnowulan Kepala PT Jasa Raharja Perwakilan Tangerang menyampaikan bahwa pemberian santunan bagi korban meninggal dunia senilai 50 juta rupiah berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
“Bagi ahli waris penumpang yang meninggal dunia itu mendapatkan santunan 50 juta pak,” ucapnya.
Dan bagi penumpang angkutan umum yang luka-luka mendapatkan santunan biaya perawatan di Rumah Sakit sebesar maksimal 20 juta rupiah.
“Sedangkan untuk penanganan pertamanya sebesar maksimal 1 juta rupiah,” terangnya.
Jadi prosesnya, jasa raharja memberikan jaminan ke Rumah Sakit, sehingga korban tinggal dirawat saja dan bisa langsung keluar jika sudah sembuh.
“Jika belum habis plafonnya, bisa digunakan untuk rawat jalan berikutnya,” tutupnya. (jpc/gatot)
Diskusi tentang ini post