SATELITNEWS.COM, MAUK – Tempat wisata Taman Mangrove Ketapang, Desa Ketapang, Kecamatan Mauk minim pengunjung. Hal itu terjadi sejak adanya pungutan biaya masuk. Alhasil, para pedagang kecil yang berjualan kopi, mie instan, roti maupun minuman segar pun terkena imbasnya, yakni menurunnya pendapatan.
Salah satu pedagang di Taman Mangrove Ketapang, Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Siti Hanjar bercerita, bahwa saat ini untuk mendapatkan uang 30 dalam waktu sehari saja sangatlah sulit, karena minimnya pengunjung temoat wisata Taman Mangrove. Katanya, adapun wisata yang berkunjung, mereka lebih memilih membawa bekal dari rumah dan tidak jajan di tempat wisata tersebut.
“Untuk dapat uang Rp 30 saja sulit. Hari ini seharian jualan baru dapet 16 ribu. Pengunjung semakin sedikit,” kata Siti Hanjar kepada Satelit News, Minggu (21/5).
Nenek berusia 61 tahun itu melanjutkan, berbeda ketika Taman Mangrove Ketapang masih digratiskan. Katanya, para pengunjung sangatlah ramai berdatangan ke tempat wisata yang sempat jadi sorotan saat dalam acara PNLG tahun 2022 tersebut. Dia mengaku bisa dapat pemasukan Rp300 ribu sampai Rp 400 ribu dalam waktu seharian penuh berjualan, ketika tempat wisata tersebut masih digratiskan.
“Dulu waktu masih gratis mah ramai. Saya aja jualan dari pagi sampe jam 01.00 WIB malam bisa dapet Rp 300 (ribu) sampai Rp 400 (ribu). Kalau sekarang boro-boro. Bahkan sehari pernah nggak ada yang beli sama sekali. Mungkin karena tiketnya terlalu mahal kali ya, untuk orang dewasa Rp 15 ribu, dan anak-anak Rp 10 ribu. Belum lagi bayar parkirnya,” katanya.
Hanjar mengaku, saat ini dia hanya tinggal berdua bersama anak bungsunya yang masih menganggur. Dia memiliki lima orang anak, namun empat diantaranya sudah menikah. Keempat anaknya juga keadaan ekonominya yang kurang beruntung.
“Kalau anak saya ada lima. Yang satu tinggal di Labuan nggak tahu pulang, satu tinggal di Kemiri, dan satu lagi di Ketapang keadaannya sama, dia juga jualan seperti saya,” ujarnya.
Menurut Hanjar, meski keadaan ekonominya sangat lemah, dia tidak mendapatkan bantuan sosial apapun, seperti BPNT dan PKH. Adapun bantuan yang pernah dia dapatkan hanya BLT Covid-19. Namun, semenjak Covid-19 sudah tidak ada, bantuan tersebut pun sudah tidak pernah ia dapatkan lagi.
“Tidak pernah kalau BPNT ataupun PKH. Adapun pernah saya dapatkan adalah bantuan Covid-19 hanya itu saja. Tapi semenjak Covid-19 sudah tidak ada, ya sudah tidak dapet lagi,” pungkasnya. (alfian/aditya)
Diskusi tentang ini post