SATELITNEWS.COM, SERANG—Provinsi Banten masih kekurangan hewan sapi dan domba menjelang hari raya kurban atau Idul Adha nanti. Sebagian besar pasokan hewan kurban akan didatangkan dari Lampung dan Jawa.
Berdasarkan data yang diterima, pada tahun 2023 ini, kebutuhan sapi di Provinsi Banten mencapai 15.316 ekor dengan ketersediaan stok yang ada hanya berkisar pada angka 5.820 ekor saja. Dari jumlah kebutuhan itu, yang paling banyak dari Kota Tangerang sebanyak 6.794 ekor, disusul kemudian oleh Kota Tangsel sebanyak 3.563 ekor dan Kabupaten Tangerang 2.679 ekor. Lalu Kota Cilegon dengan kebutuhan 877 ekor, Serang 519 ekor, Pandeglang 314 ekor dan Kabupaten Lebak 203 ekor.
Sedangkan untuk kebutuhan domba di Banten sebanyak 26.263, yang terdiri dari Kota Tangerang sebanyak 5.337 ekor, Kota Tangsel sebanyak 1.199 ekor dan Kabupaten Tangerang 8.424. Lalu Kota Cilegon dengan kebutuhan 755 ekor, Serang 2.900 ekor, Pandeglang 1.822 ekor dan Kabupaten Lebak 2.810 ekor. Sedangkan ketersediaannya hanya mencapai 23.636 ekor saja.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distan) Provinsi Banten Agus M Tauchid mengatakan, kebutuhan hewan kurban untuk tahun ini terjadi peningkatan dibandingkan tahun lalu, sehingga mengalami defisit untuk sapi dan domba. Sedangkan untuk kerbau dan kambing mengalami surplus.
“Sapi itu kita defisit 9.496 ekor atau 62 persen kebutuhan dari pasokan luar daerah. Kemudian domba defisit 2.627 ekor atau defisit 10 persen dari kebutuhan. Sedangkan untuk kerbau kita surplus 1.057 ekor begitu juga dengan kambing yang surplus 8.735 ekor,” ungkapnya, Senin (22/5).
Jumlah perhitungan itu, lanjut Agus, merupakan proyeksi kenaikan atas realisasi hewan kurban pada tiga tahun sebelumnya. Dimana jika dibandingkan, untuk sapi itu akan kenaikan kebutuhan sebesar 14 persen, kerbau 15 persen dan kambing 22 persen.
“Atas hal itu, kita akan perketat pengawasan terhadap ribuan hewan kurban yang berasal dari luar daerah itu untuk memastikan kondisi hewan yang datang dalam kondisi yang baik, sehat dan yang pasti halal sehingga kurban yang dilakukan memenuhi syarat,” katanya.
Ketergantungan itu kemudian memunculkan persoalan baru karena saat ini wabah endemi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta Lumpy Skin Disease (LSD) masih menyerang sejumlah hewan kurban. Sehingga dibutuhkan penanganan khusus dan pengawasan yang ketat setiap hewan kurban yang masuk ke Banten.
Dikatakan Agus, pihaknya menemukan 303 kasus LSD di Provinsi Banten. Temuan itu ditemukan di 16 Kecamatan di Kabupaten Tangerang. Namun berkat penanganan yang maksimal dari timnya bersama Pemda setempat, dari jumlah temuan itu, 279 ekor diantaranya sudah dinyatakan sembuh, 21 ekor dalam proses penyembuhan, 2 ekor dipotong dan 1 ekor mati.
“Hewan-hewan itu kita karantina sampai sembuh. Tidak dicampur dengan hewan lainnya karena itu berpotensi menular sesama hewan,” ungkapnya.
Maka dari itu, lanjut Agus, dirinya menghimbau kepada para peternak untuk senantiasa menjaga kebersihan kandang-kandangnya. Sebab, kondisi kandang yang kotor itu menjadi penyebab utama timbulnya penyakit LSD.
“LSD itu kan sumbernya dari virus yang ditularkan dari lalat. Karena kondisi kandang yang kotor, biasanya banyak lalat yang hinggap,” ucapnya. (mg2)
Diskusi tentang ini post