SATELITNEWS.COM, SERANG–Citra talas beneng sebagai tanaman tak berguna karena memiliki getah yang menimbulkan rasa gatal pada kulit mulai berubah.
Di tangan petani Serang, talas beneng disulap menjadi aneka produk yang memiliki nilai jual tinggi.
Petani milenial yang berada di Kota Serang, berhasil memanfaatkan tumbuhan endemik berupa talas beneng untuk dijadikan berbagai olahan unik. Talas beneng banyak dijadikan sebagai olahan makanan ringan, bahan rokok pengganti tembakau serta produk lainnya.
Direktur Utama Unni Talas Beneng, Nur Arief Syahputra menyampaikan bahwa pemanfaatan talas beneng menjadi salah satu alternatif untuk dijadikan alternatif tembakau di luar negeri.
“Daun talas itu bisa dijadikan alternatif tembakau, dan bisa diekstrak juga. Cuma permintaan saat ini untuk campuran tembakau,” katanya, Rabu 24 Mei 2023.
Ia mengatakan, daun talas beneng menjadi salah satu alternatif pengurangan kadar nikotin dibandingkan dengan tembakau.
“Kalau rokok kan campurannya tidak hanya tembakau, tapi karena saat ini lagi pengurangan kadar nikotin, mungkin banyak di cari alternatif bahan lain dari tembakau, salah satunya talas beneng,” ujarnya.
Arief mengatakan, selain bisa dimanfaatkan untuk alternatif tembakau, talas beneng juga dapat dijadikan sebagai makanan ringan yang sehat.
“Kita juga dari umbinya bisa jadi pati, terus tepung, dan ada olahan jadi brownis, keripik, serta kue kue lainnya bisa dimanfaatkan,” katanya.
Kemudian, pihaknya juga masih terus mempelajari olahan lainnya yang bisa dimanfaatkan dan digunakan seluruhnya.
“Ini dari pelepahnya juga ada serat yang sedang kami pelajari untuk jadi baju, ataupun anyaman lainnya,” tuturnya.
Senada dengan itu, general manager Unni talas beneng, Bramastha Aldia mengungkapkan bahwa saat ini Unni Talas Beneng sudah banyak membuat produk olahan, salah satu diantaranya daun rajang talas beneng yang sudah menembus pasar internasional.
“Untuk saat ini kami mengolah banyak produk, salah satunya daun rajang talas beneng yang alhamdulilah sudah kami ekspor juga ke Australia. Kami sudah beberapa kali mengirimkan dan kita juga mendapatkan apresiasi dari buyer karena kualitas yang kami kirimkan,” ujarnya.
Dirinya mengaku dalam sebulan produksi kurang lebih sekitar lima sampai sepuluh ton talas beneng, dn masih kerepotan dalam memenuhi permintaan dari pasar.
“Perbulan kami produksi lima sampai sepuluh ton untuk kualitas daun yang bisa ekspor, dan kita juga upayakan untuk menambah produksi, juga menjaga kualitas kita. Sehingga kedepannya kita bisa produksi lebih banyak lagi. Karena untuk saat ini kami baru memenuhi pengiriman ke Australia. Kami juga mendapatkan permintaan dari Turki dan Korea. Akan tetapi itu nanti, karena kami juga masih butuh kuantitas untuk dipenuhi. Dalam artian, yang memesan banyak tapi stok kita masih belum bisa memenuhi kebutuhan pasar,” terangnya.
Bram menjelaskan bahwasanya di masyarakat talas beneng masih dianggap sebagai tanaman liar yang tidak memiliki nilai jual sehingga dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
“Kesulitannya, untuk talas beneng sendiri masih kerap dianggap sebagai tanaman liar, tumbuhan yang tidak menghasilkan, dan dianggap ini masih belum punya pasar. Jadi masih dipandang sebelah mata, hanya saja bagi kami mungkin itu karena masih minimnya pemahaman di masyarakat tentang talas beneng tersebut,” jelasnya.
Bram juga berharap, usaha talas beneng tersebut bisa memberikan dampak yang positif bagi masyarakat di Lingkungannya. Serta kembali mengharumkan citra dari talas beneng yang merupakan tanaman asli yang berasal dari Banten dan bisa mengharumkan citra Indonesia dimata dunia lewat talas beneng.
“Kami berharap usaha Unni talas beneng ini dapat berdampak positif di Lingkungan sekitar kami dan apa yang kami perjuangkan ini bisa mengembalikan citra dari talas beneng karena rumah dari talas beneng ini Banten. Seperti motto kami yaitu ‘Talas Beneng Bangkit Untuk Negeri, Indonesia Bangkit Untuk Dunia’,” tandasnya. (mg2/bnn)
Diskusi tentang ini post