SATELITNEWS.COM, SERANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Serang, mencatat dari Januari hingga Mei 2023, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) ada 75 kasus dengan satu orang meninggal dunia.
Dari jumlah tersebut, paling banyak ditemukan di Kecamatan Kramatwatu, dengan 11 kasus, diikuti Kecamatan Jawilan 10 kasus dan Kecamatan Ciruas 9 kasus.
Kemudian, kasus DBD terbanyak ditemukan pada Januari 2023, dengan 25 kasus dan satu orang meninggal dunia.
Lalu, Februari alami penurunan menjadi 13 kasus, Maret 10 kasus, April kembali naik menjadi 15 kasus dan Mei turun menjadi 12 kasus. Seluruh data itu berasal dari, Puskesmas se Kabupaten Serang maupun pihak rumah sakit.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinkes Kabupaten Serang, Istianah Hariyanti mengatakan, DBD masih menjadi momok menyeramkan lantaran penyakit tersebut dapat menular satu sama lainnya, yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus.
“Apabila sudah terkena, segera bawa ke rumah sakit untuk dilakukan perawatan, karena apabila dibiarkan hingga lima sampai tujuh hari berisiko bisa menyebabkan kematian. Sehingga, warga kami himbau untuk menerapkan 3M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur, supaya tidak ada nyamuk DBD,” kata Istianah, Rabu (7/6/2023).
Istianah mengatakan, pihaknya terus melakukan beberapa upaya pencegahan terhadap nyamuk Aedes Aegypti salah satunya membentuk Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Gesik).
Jadi, Juru Pemantau Jentik (Jumantik) ini, bertugas ke setiap rumah warga melihat kondisi lingkungannya, apakah terdapat jentik nyamuk atau tidak. Apabila ada jentik nyamuk, maka akan langsung dilakukan pembersihan.
“Dampak adanya tim ini, angka indikator bebas jentik Kabupaten Serang meningkat dibanding tahun lalu. Tahun ini, di atas rata-rata 95 persen, hal ini menjadi salah satu kasus DBD bisa turun. Jumantik masih berlanjut, hanya saja belum Monev lagi belum turun langsung ke lapangan,” ujarnya.
Mengenai soal fogging, kata Istianah, dapat dilakukan setelah pihaknya melakukan penyelidikan terhadap kasus DBD.
Apabila, di lingkungan sekitar ada yang terkena DBD, pihaknya turun langsung lakukan pengecekan, jika didapati hasilnya terdapat virus serta disekitarnya ada yang ikut demam, barulah fogging dapat dilakukan.
“Kita cek dulu ke lapangan, apabila banyak sekali sarang nyamuk, dan ada yang terkena DBD, banyak yang demam disekelilingnya, baru kita lakukan fogging untuk memutus mata rantai penularan. Kalau misalnya tidak ada, yang demam nyamuk tidak ada berarti tidak harus fogging,” ujarnya. (sidik)
Diskusi tentang ini post