SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang mulai memetakan wilayah-wilayah yang dinilai rawan kekeringan jelang musim kemarau panjang akibat El Nino. Pemetaan diprioritaskan terhadap wilayah di pantai utara (Pantura) Kabupaten Tangerang. Hal itu diungkapkan Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Ujat Sudrajat.
“Khususnya di wilayah utara Tangerang. Mauk, Kronjo, Pakuhaji, Teluknaga, Gunung Kaler, Rajeg dan Kemiri. Karena di sana meski banyak anak sungai tapi sering terjadi kekeringan,” kata Ujat Sudrajat, Minggu (23/7).
Dari beberapa wilayah tersebut, secara umum kekeringan yang terjadi tentunya akan berdampak terhadap kebutuhan air bersih masyarakat. Lanjut Ujat, maka dari itu pemetaan dilakukan agar pihaknya lebih mudah untuk mengantisipasi dan memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak kemarau El Nino tersebut.
“Tentunya pemetaan dilakukan untuk memudahkan BPBD dalam mengantisipasi dan memberikan bantuan kepada masyarakat,” tandasnya.
Kendati demikian, pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat untuk mulai memasifkan gerakan hemat air dan juga dapat memanfaatkan hujan yang masih turun melalui gerakan panen air hujan serta menyiapkan tempat penampungan air cadangan.
“Nanti ketika hujan turun masyarakat bisa mulai memanfaatkan air itu dengan menampungnya. Kemudian hal lain, kami mengingatkan agar nanti saat memasuki musim kemarau jangan sampai membakar sampah sembarangan terutama di lahan kosong, karena itu bisa mengakibatkan kebakaran,” ungkapnya.
Ia menambahkan, dalam menghadapi puncak El Nino ini pihaknya juga telah melakukan koordinasi dan komunikasi bersama dengan instansi terkait seperti Perkim, PMI, DPKP, PDAM dan lain sebagainya.
“Karena beberapa instansi ini punya kapasitas dalam tanggung jawab dalam membantu warga atas adanya musim kemarau panjang,” kata dia.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati telah mengingatkan bahwa fenomena El Nino akan meliputi Indonesia pada Juli dan puncaknya akan terjadi pada Agustus hingga September 2023 mendatang.
“Jadi El Nino itu sesuai hasil prediksi sudah mulai terjadi di Indonesia sejak Juli. Tapi sesuai hasil prediksi juga, El Nino-nya masih lemah di awal-awal Juli itu,” kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
Dalam hal ini, kata dia, dampak dari El Nino pada awal Juli masih kurang signifikan atau kurang terasa karena El Nino-nya masih lemah. Akan tetapi beberapa hari lalu, sesuai hasil prediksi, indeks El Nino semakin menguat dari yang awalnya masih lemah mulai menjadi moderat.
“Nah, ini baru mulai menjadi moderat. Makanya kami terus gencar mengimbau, mengingatkan, dengan El Nino yang semakin moderat atau semakin menguat, tentunya dampaknya akan menguat juga,” ujarnya.
Dia juga mengatakan, bahwa pada Agustus-September 2023 mendatang, musim kemarau akan lebih parah dibandingkan pada tahun 2020, 2021, dan 2022. Katanya, jika kondisinya semakin kering, dampak lanjutnya adalah lahan dan hutan menjadi mudah terbakar.
“Selain itu dampak yang diberikan itu kepada para petani karena air semakin kurang, sehingga sektor pertanian akan terganggu, ” tutupnya. (alfian)
Diskusi tentang ini post