Mardiana TL – PANDEGLANG
Lukisan adalah sebuah karya seni, yang indah dan mengandung makna tersurat dan tersirat bagi si pelukis itu sendiri maupun bagi penikmatnya (yang melihatnya). Di zaman kekinian, karya lukis itu nyaris punah. Karena, dirasa cukup sulit untuk menciptakan regenerasi pelukis tersebut.
Untuk mempertahankan eksistensi karya seninya, seorang pelukis maestro asal Pandeglang, Gebar Sasmita (74), menggelar sebuah Pameran Tunggal karya lukis, di Gedung Bale Budaya, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Pandeglang.
Sasmita atau yang lebih dikenal dengan Wa Gebar mengatakan, ia memulai melukis sejak usia SD hingga sekarang. Di tahun 1990, ia bertemu dengan seorang guru, Hendra Gunawan. Sehingga, sejak itulah karya lukisnya banyak diminati orang lain.
“Saya melukis otodidak, tidak pernah belajar atau kuliah dibangku pendidikan yang formal. Guru saya Pak Hendra Gunawan, beliau adalah pelukis asal Bandung,” kata Gebar, Minggu (30/7/2023).
Menurutnya, lukisan pertama kali dibuat yaitu, orang yang sedang mencuci di kali. Saat SD, melukis layaknya anak-anak yaitu, melukis gunung, binatang dan sejenisnya, sebagaimana imajinasi anak – anak diusia itu.
Karya lukis yang dibuatnya tambah Gebar, sudah ratusan. Ada yang di Perancis, Belanda, Singapura dan beberapa negara lainnya. Diakuinya, karya lukisan yang fenomenal adalah, “Perjalanan Panjang”. Yang dibuatnya tahun 1982, yang sudah pernah ditawar Rp 50 juta oleh kolektor dari Jakarta.
“Selain pameran – pameran seperti ini, saya juga pernah menggelar melukis bersama 100 meter, waktu itu bersamaan dengan Peringatan HUT Pandeglang,” tambahnya.
Ditegaskannya, dalam setiap membuat karya lukisan, ia berusaha menjunjung tinggi prinsip berkesenian dengan kejujuran, keadilan dan kesejahteraan manusia. Karena baginya, karya seni itu indah. Tapi, kejujuran, keadilan dan kesejahteraan manusia, lebih indah.
Diakuinya pula, nama Gebar ditambahkannya pada tahun 1990-an. Dimana saat itu, ia ingin memunculkan sebuah Gerakan Baru atau Gebyar “Ngagelar” sebuah karya baru miliknya. Oleh karenanya, ia berharap kepada pelukis pemula, untuk tetap menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan, sehingga tercipta kesejahteraan manusia.
“Keberadaan gedung Bale Budaya ini, diharapkan menjadi pusat kesenian dan kebudayaan Pandeglang. Karena, beberapa tahun silam, gedung ini sempat kami gunakan untuk wahana pengembangan karya seni dan kebudayaan orang Pandeglang,” ujarnya.
Baginya, untuk menuangkan sebuah karya seni lukis, butuh waktu. Waktu itu, tergantung imajinasi atau inspirasi yang didapat, serta karya lukis yang akan dibuatnya. Karena baginya, melukis tidak hanya menuangkan kanvas atau cat diatas kertas, kain dan sebagainya.
“Lukisan yang dihasilkan, berasal dari pengembangan imajinasi. Ada juga berdasarkan pengalaman, penglihatan dan apapun yang menginspirasi kita saat hendak menulis,” pungkasnya.
Sehingga, saat Pameran Tunggal Karya Seni Lukisnya, Wa Gebar memajang lukisan dengan berbagai judul diantaranya, Gadis di Depan Pintu, Perjalanan Panjang, Alam Kubur, serta berbagai karya lainnya.
Keindahan sebuah karya seni lukis ujarnya, tergantung dari sudut mana kita memandang. Sehingga, tak sedikit orang pecinta karya seni lukis yang membutuhkan waktu berjam – jam untuk menikmati sebuah karya seni lukis.
“Mari terus berkarya, tak perlu ragu. Karena lukisan adalah sebuah karya seni, yang memiliki nilai,” imbuhnya. (*)
Diskusi tentang ini post