SATELITNEWS.COM, TANGERANG–Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tangerang mencatat, 201 hektare lahan sawah di Kabupaten Tangerang terancam mengalami puso atau gagal panen, akibat terdampak kemarau panjang yang disebabkan El-Nino.
Kepala DPKP Kabupaten Tangerang, Asep Jatnika mengatakan, banyaknya lahan pertanian yang terancam gagal panen, karena sejak musim kemarau tiba, lahan persawahan yang mengandalkan air hujan ini telah mengalami kekeringan atau kekurangan pasokan air.
“Yang terancam puso itu ada sekitar 201 hektar lahan sawah. Posisi sawahnya itu kekeringan, karena sudah tanpa air selama musim kemarau ini,” kata Asep Jatnika kepada Satelit News, Kamis (31/8).
Lanjut Asep, jumlah data lahan sawah seluas 201 hektare yang terancam gagal panen itu berada di 12 kecamatan, diantaranya Cikupa, Sindang Jaya, Cisoka, Jambe, Tigaraksa, Jayanti, Kresek, Sukamulya, Gunung Kaler, Mekar Baru, Kronjo dan Panongan.
“Itu yang posisi tanamannya terancam. Dan area itu masih mengandalkan air dari irigasi, air hujan dan galian pasir,” tuturnya.
Menurut Asep, apabila 201 hektare lahan sawah mengalami kekeringan dan terancam gagal panen, maka dia memprediksi akan ada 1.200 ton gabah yang gagal menjadi beras.
“Tapi dari ratusan lahan itu yang sudah dipastikan puso itu ada 15 hektare,” katanya.
Kata Asep, ancaman gagal panen dianggap berbahaya untuk stabilitas harga beras. Bahkan, saat ini harga gabah pun sudah terpengaruh akibat kekeringan lahan sawah.
Menurut Asep, saat ini nilai gabah kering panen (GKP) Rp 6.700 per Kg dan gabah kering giling (GKG) Rp 7.000 per Kg dengan mengalami kenaikan rata-rata Rp 500.
“Harga sebelumnya itu kan di sekitar Rp 6.000 – Rp 6.500. Kalau gabah kering giling Rp 500 per kilogram. Ini diikuti dengan kenaikan beras medium Rp 12.000 – Rp 14.000,” ujarnya.
Asep menambahkan, langkah antisipasi yang dilakukan Pemerintah Daerah atas dampak itu, adalah dengan menyiapkan bantuan 5 ton benih padi ciherang untuk didistribusikan ke para petani yang terdampak. Kemudian menyiapkan pompanisasi yang diserahkan kepada kelompok tani, dengan jumlah pompa sebanyak 16 unit.
“Apabila ada petani yang nggak ada sumber airnya, tapi nggak ada alatnya, kita sudah koordinasi dengan provinsi untuk menambah bantuan,” kata dia.
Sebelumnya, diberitakan harga-harga beras di Pasar Tradisional Kutabumi dan Tigaraksa memgalami kenaikan yang cukup sigifikan. (alfian/aditya)
Diskusi tentang ini post