SATELITNEWS.COM, LEBAK–Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lebak kewalahan menyiram tanaman di wilayah Kota Rangkasbitung ketika musim kemarau. Bila biasanya dalam seminggu proses penyiraman hanya dilakukan dua kali, namun kini bisa 3 kali dalam sehari. Sementara air yang dibutuhkan bisa mencapai 10 ribu liter.
Penyiraman yang dilakukan Dinas LH sebagai upaya menjaga agar tanaman yang berada di pusat kota agar tidak mati. Namun aktivitas itu rupanya membuat DLH kewalahan lantaran harus bekerja ekstra setiap hari.
Untuk jangkauan sendiri Dinas LH harus menjangkau 38 titik taman yang ada di Kota Rangkasbitung. “Ya cukup kewalahan juga karena yang biasa seminggu dua kali kini harus tiap hari,” kata Kepala Bidang (Kabid) Tata Lingkungan DLH Lebak, Dasep Novian, Selasa (12/9/2023). “Untuk waktu penyiraman dilakukan dari pagi sampe sore, dan bisa menghabiskan dua tangki air atau 10 ribu liter. Penyiraman dilakukan pada 38 titik taman dan ruang terbuka hijau di Kota Rangkasbitung,” kata Dasep.
Tidak hanya karena waktu saja, kata Dasep, minimnya armada mobil tangki yang mengakibatkan pihaknya juga kewalahan karena hanya memiliki satu mobil tangki yang harus menyiram 38 titik lokasi taman. “Cukup kewalahan, karena kita baru punya satu mobil. Jadi bisa sampai sore untuk melakukan penyiraman taman dan tanaman yang hias pada jalan,” tuturnya.
Penyiraman setiap hari yang dilakukan pagi dan sore menurut Dasep, terpaksa dilakukan karena cuaca saat ini yang cukup panas dari pagi hingga sore yang bisa membuat taman dan ruang terbuka hijau di Kota Rangkasbitung kekeringan. “Rentang waktu juga dari pagi sampai sore memang cukup panas. Dengan penyiraman setiap hari akan membantu tanaman tetap hidup dan taman tetap hijau,” jelasnya.
Kekeringan tersebut bisa dirasakan hingga membuat Alun-alun Rangkasbitung juga yang saat ini mengering. Selain itu Taman Keong, Bundaran Mandala, Taman Hati mengalami hal yang sama yakni kekeringan pada rumput. Saat ini area terbuka hijau yang sering digunakan untuk aktivitas masyarakat yakni Alun-alun Rangkasbitung, Taman Hati dan Taman Alahaur.
Ditambahkannya, memang keadaan tanaman tidak langsung mati namun hanya layu. Tetapi jika hal tersebut dibiarkan maka akan mengakibatkan tanam tersebut menjadi mati. “Dengan penyiraman secara bertahap setiap pagi tentunya mampu menjadikan tanaman tetap hidup dan ruang terbuka hijau tetap terjaga,” imbuhnya.
Kepala Dinas LH Iwan Sutikno menambahkan, kondisi tanaman yang terus mengering seiring dengan musim kemarau membuat dinas yang dipimpinya harus ekstra dalam melakukan perawatan terhadap tanaman tersebut. Oleh karenanya, yang biasa dilakukan seminggu dua kali kini harus setiap hari. “Tanaman harus kita jaga, makan dari itu dalam melakukan pemeliharan ini tidak hanya dilakukan pemerintah saja melainkan semua elemen masyarakat. Salah satunya tidak merusak tanaman tersebut,” pungkasnya.(mulyana)
Diskusi tentang ini post