SATELITNEWS.COM, SERANG—Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten mencatat secara bulanan inflasi di Provinsi Banten pada September melambung tinggi sebesar 0,22 persen, dibandingkan dengan periode Agustus yang mengalami deflasi sebesar 0,12 persen. Inflasi ini disumbang oleh komoditas beras yang saat ini melambung tinggi.
Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Banten, Bambang Widjonarko mengatakan, inflasi bulanan pada September 2023 cukup besar. Berdasarkan potret di tiga kota, inflasi tertinggi di Kota Cilegon sebesar 0,29 persen, disusul Kota Tangerang 0,24 persen, dan Kota Serang 0,06 persen.
“Pada periode September inflasi di Banten relatif cukup besar,” katanya saat diwawancara di kantornya, Senin (2/10).
Ia menjelaskan, tingginya inflasi di Banten dipengaruhi oleh beberapa komoditas, salah satunya beras sebesar 0,16 persen, dimana harga komoditas itu terus melambung tinggi. Komoditas penyumbang inflasi lainnya yakni Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 0,07 persen, cabai merah dan biaya pulsa ponsel sebesar 0,02 persen. Sementara rokok putih, tomat, upah asisten rumah tangga, bayam, pembersih lantai, dan rokok kretek filter masing-masing menyumbang 0,01 persen.
“Tapi yang jadi pemicu untuk situasi sekarang, dan terjadi beberapa waktu lalu adalah beras. Komoditas ini lagi galak, naik terus kalau dulu terjadi situasi minyak dunia kacau perkasa sekali, sekarang beras,” ujarnya.
Menurutnya, tingginya harga beras kali ini diakibatkan oleh pasokan beras yang seret dari petani. Hal ini akibat dampak dari kemarau panjang atau El Nino.
“Karena kemarau panjang, tidak seperti periode lalu dimana bulan Agustus September ada hujan, petani tanam padi, sekarang sawah mengering,” ungkapnya.
Sementara, inflasi September secara year on year (yoy) gabungan tiga kota sebesar 2,04 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,14. Inflasi yoy tertinggi terjadi di kota Cilegon sebesar 2,47 persen dengan IHK sebesar 118,41. Berikutnya di Serang sebesar 2,09 persen dengan IHK sebesar 119,40. Inflasi terendah terjadi di Tangerang sebesar 1,97 persen dengan IHK sebesar 113,86.
“Tapi kalau dilihat tahunan relatif kecil 2,04 persen, padahal kita masih 3 bulan yang belum dirilis, Oktober November dan Desember,” jelasnya.
Bambang mengaku, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks 11 kelompok pengeluaran, yaitu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,18 persen; kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 3,34 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,52 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,81 persen.
Kemudian kelompok transportasi sebesar 1,46 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,30 persen; kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,25 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,19 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,16 persen; kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,87 persen; dan kelompok pendidikan sebesar 0,56 persen.
Perekonomian Provinsi Banten juga terus tumbuh dengan baik. Hal tersebut bisa dilihat dari Inflasi Provinsi Banten secara Year on Year (y-o-y) pada bulan September sebesar 2,04 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut juga didukung oleh Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP).
“Dimana, NTP Provinsi Banten pada Bulan September 2023 mengalami kenaikan sebesar 3,34 persen dari NTP bulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan naiknya Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 3,73 persen dan naiknya Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,38 persen,” ujarnya.
Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) yang terus naik mencapai 111,76 persen atau naik sebesar 3,65 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut juga dlihat dari harga gabah di tingkat petani , yang juga mengalami kenaikan pada bulan September 2023.
“Pada kualitas Gabah Kering Giling (GKG) yang mengalami kenaikan sebesar 7,16 persen dan kenaikan pada kualitas Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 10,14 persen,” ucapnya.
Tidak hanya itu, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten juga bisa dilihat dari aktivitas Ekspor dan Impor. Dimana Nilai ekspor Banten Agustus 2023 naik 4,91 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari US$1,02 miliar menjadi US$1,07 miliar sedangkan Nilai impor Banten Agustus 2023 naik 2,38 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari US$2,89 miliar menjadi US$2,96 miliar.
Menurut catatan BPS, aktivitas ekspor tertinggi pada bulan Agustus tahun 2023 berasal dari kelompok non migas sebesar 5,13 persen yang berasal dari golongan barang alas kaki yang mencapai US$209,48 juta.
Begitu juga pada komoditi Impor, terjadi peningkatan pada nilai impor nonmigas sebesar 1,15 persen menjadi US$2,44 milyar apabila dibanding bulan sebelumnya. Nilai impor nonmigas terbesar Agustus 2023 berasal dari mesin dan peralatan listrik.
Pj Sekda Provinsi Banten Virgojanti mengatakan, ada beberapa komoditas pemicu inflasi yang menjadi fokus perhatian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Banten. Salah satunya beras yang menjadi perhatian karena secara bersama nasional mengalami kenaikan.
“Kenaikan komoditi beras di Provinsi Banten masih terkendali dan di bawah rata-rata nasional. Sehingga penanganannya bisa dilakukan salah satunya dengan Gerakan Pangan Murah (GPM) dengan 92 titik sasaran,” katanya.
“Kita minta seluruh OPD terkait bersama stakeholder untuk segera melakukan intervensi secara serius, karena ini merupakan barang kebutuhan pokok setiap orang, berbeda dengan komoditi lainnya,” katanya. (luthfi)
Diskusi tentang ini post