SATELITNEWS.COM, PANDEGLANG – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Pandeglang mencatat, sebanyak 364 hektare lahan pertanian di Pandeglang gagal panen, akibat kemarau panjang. Akibat hal itu, para petani mengalami kerugian jutaan rupiah karena padi yang mereka tanam gagal panen.
Kepala DPKP Kabupaten Pandeglang Nasir mengatakan, berdasarkan laporan Petugas Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) selama bulan Oktober, ada sebanyak 364 hektare lahan pertanian mengalami kekeringan dan terjadi gagal panen alias puso.
“Ratusan hektate kena puso,” kata Nasir.
Nasir mengatakan, untuk meringankan kerugian para petani akibat puso, pihaknya sedang mengupayakan pencairan atau klaim asuransi bagi petani yang mengikuti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).
“Program asuransi sebagai upaya meringankan beban petani yang mengalami bencana puso. Insyaallah nanti akan diklaim sama Jasindo,” tambahnya.
Nasir mengatakan, ratusan lahan yang terkana puso tersebut sebagian besarnya milik petani yang mengikuti program AUTP. Dengan begitu, mereka akan mendapatkan bantuan sekira Rp6 juta untuk satu hektare lahan pertanian yang gagal panen alias puso.
“Kita sudah melaporkan ke Pusat agar bisa secepatnya asuransi dicairkan bagi para petani yang mengikuti program AUTP. Adapun hak petani atas klaim asuransi per hektarnya, mendapatkan uang sebesar Rp6 juta,” ujarnya lagi.
Nasir juga mengaku, pihaknya juga sedang berupaya membantu pata petani yang tidak masuk dalam program AUTP agar tetap mendapatkan bantuan. Saat ini, pihaknya masih menunggu jawaban atas permohonan yang disampaikan kepada Pemerintah Pusat
“Itu dari hasil bayar asuransi Rp36 ribu per bulan. Tapi bagi petani yang tidak ikut program asuransi kita tidak bisa membantu, tapi diusulkan program bantuan benih yang mudah-mudahan dapat direalisasikan,” tambahnya.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) DPKP Kabupaten Pandeglang, Nuridawati mengatakan, ratusan hektare lahan yang mengalami puso itu berada di Kecamatan Cikeusik, Panimbang, Sobang, Angsana, Sukaresmi, Cikedal, dan Kecamatan Menes.
“Luas pertanian yang kena puso di Kecamatan Cikeusik 150 hektare, Panimbang 50 hektare, Sobang 20 hektare, Angsana 125 hektare, Sukaresmi 9 hektare, Cikedal 6 hektare, dan Kecamatan Menes 4 hektare,” tuturnya.
Nuridawati mengatakan, selama terjadi kemarau panjang pihaknya telah menerjunkan bantuan agar tidak terjadi puso, seperti pembuatan sumur bor pantek serta pompanisasi di sejumlah wilayah.
“Tapi memang ada juga yang memang kita tidak bisa melakukan upaya-upaya penyelamatan. Sumber airnya tidak tersedia, kalaupun di bor airnya asin tidak bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian, seperti halnya di Kecamatan Cikeusik,” imbuhnya. (mg4)
Diskusi tentang ini post