SATELITNEWS.COM, SETU—Proyek pengendalian banjir di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) diklaim efektif. Jumlah lokasi yang kebanjiran sudah berkurang dari 38 titik menjadi hanya 8 titik.
Klaim itu diungkapkan Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi (DSDABMBK) Tangsel Robby Cahyadi. Menurut dia, 8 titik banjir yang masih tersisa akan dituntaskan pada tahun depan.
“Saya berharap dengan adanya sejumlah pembangunan tersebut, titik rawan banjir dapat berkurang. Sehingga warga pun tak perlu khawatir jika hujan sewaktu-waktu mengguyur,” ungkap Robby.
Saat ini, DSDABMBK Tangsel sedang melakukan sejumlah pembangunan guna mengatasi titik banjir. Di antaranya adalah pelebaran sungai, peninggian turap sungai, pembuatan kolam retensi (tandon), peninggian jembatan dan pembuatan Long Storage. Memasuki musim penghujan, proyek-proyek tersebut akan dikebut.
“Beberapa pekerjaan kami prediksi selesai pada akhir 2023 mendatang,” ungkap Robby.
Menurut dia, pembangunan long storage atau penampung air dilakukan di tiga tempat. Yakni di Perumahan Ciater Permai, Serpong, Perumahan Pondok Jagung, Serpong Utara dan Enggram Gintung segmen Purnawarman Pamulang.
Kemudian, pembangunan kolam retensi (tandon-red) berada di Perumahan Puri Sentosa Kecamatan Setu, jalan SMK di Kecamatan Pondok Aren, kolam retensi SMPN 24 Ciputat, tandon Bukit Nusa Indah, tandon Kelurahan Babakan di kecamatan Setu, dan tandon di Kelurahan Sawah Lama. Sehingga total 20 tandon yang dibangun di Tangerang Selatan.
Kemudian proyek peninggian turap dan jembatan dilakukan untuk memperlancar aliran sungai. Selain menambah luas penampang sungai sehingga diharapkan, banjir atau genangan yang lama ketika hujan mengguyur tak lagi terjadi. Robby mengatakan upaya pengendalian banjir di Tangsel merupakan upaya berkelanjutan.
“Kita terus mencari solusi agar wilayah Tangsel mengurangi titik banjir. Ini sudah menjadi tanggung jawab Pemkot Tangsel, khususnya DSDABMBK Tangsel. Namun masyarakat agar turut berpartisipasi aktif dalam menjaga lingkungan mereka dengan merawat infastruktur yang sudah dibangun,” ujar dia.
Menurut Robby, yang menjadi persoalan dasar banjir adalah pola hidup masyarakat yang tidak mementingkan dampak banjir, seperti membuang sampah dan mendirikan bangunan di sepanjang garis sepadan sungai.
“Upaya pengendalian banjir ini adalah upaya kita semua, kami di DSDABMBK Tangsel bekerjasama dengan perangkat daerah dan masyarakat juga harus membantu menjaga daerahnya, karena upaya terakhir dari pengendalian banjir adalah perawatan rutin,” ungkapnya. (eko)
Diskusi tentang ini post