SATELITNEWS.COM, PANDEGLANG – Buruh tani bernama Mutmainah (10), warga Kampung Belengbeng, Desa Kutakarang, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Pandeglang masih menerima bantuan. Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Pandeglang pastikan kepesertaan penerima masih aktif.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinsos Kabupaten Pandeglang, Nuriah mengaku, pihaknya sudah melakukan pengecekan dan pelacakan terhadap keluarga Mutmainah tersebut. Hasilnya, keluarga Eros (60) itu masih terdaftar sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) Bansos.
“Setelah di cek di SIKSNG (Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial – Next Generation) ibu Eros dapet bantuan PKH (Program Keluarga Harapan) dan BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai),” kata Nuriah, Selasa (16/7/2024).
Nuriah memastikan, keluarga tersebut akan terus mendapatkan Bansos dari Pemerintah Pusat maupun bantuan lain. Oleh karena itu, pihaknya akan terus mengawal agar warga Pandeglang yang kurang mampu bisa tetap mendapatkan bantuan secara tepat sasaran.
“Semuanya (Bansos-red) masih aktif. Terakhir, kemarin sudah mendapatkan bantuan beras sepuluh kilogram dari PT Yasa, selaku pihak yang dipercaya memberikan bantuan beras kepada masyarakat yang membutuhkan,” katanya.
Nuriah meminta kepada masyarakat, agar segera menyampaikan apabila ada keluhan mengenai adanya warga kurang mampu yang belum mendapatkan Bansos. Tujuannya, agar bisa segera didaftarkan sebagai penerima bantuan.
“Segera sampaikan kepada kita agar bisa kita carikan solusinya, paling tidak bisa mendapatkan bantuan sosial. Kita juga sama, setiap saat selalu mengupdate data penerima bansos,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Ketimpangan sosial masih terjadi di Kabupaten Pandeglang. Salah satunya menimpa seorang anak yatim bernama Mutmainah (10) di Kampung Belengbeng, Desa Kutakarang, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Pandeglang.
Siswi kelas lima Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kutakarang 2 ini terpaksa menjadi buruh atau kuli pengering padi untuk mendapatkan uang dan membiayai kebutuhan sekolah dan keluarganya.
Anak keempat dari lima bersaudara ini terpaksa menjadi buruh kasar diusianya yang masih belia karena faktor ekonomi. Kegiatan itu dia lakukan setelah ayahnya meninggal dunia setahun lalu karena mengidap penyakit kangker. Sedangkan ibunya, hanya bekerja sebagai buruh tani.
Saat ini, Mutmainah tinggal di rumah semi permanen bersama ibu dan adiknya. Sedangkan kakak kandungnya ada yang sudah berumah tangga, mondok di pondok pesantren, dan bekerja di Jakarta.
Mutmainah mengaku, menjadi kuli mengeringkan padi biasa dilakukannya setelah pulang sekolah atau dihari libur. Dalam satu hari, dirinya biasa mendapatkan imbalan atas pekerjaannya sebesar Rp10 ribu. Uang itu dia gunakan untuk keperluan sekolah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Kan biasanya ibu bantu panen padi di sawah orang, terus pulang sekolah saya nyusul ibu ke sawah untuk bantu menjemur padi, kalau jemur padi biasa dikasih upah Rp10 ribu, uangnya dikasih ke ibu buat tambah uang jajan sekolah dan beli beras,” katanya, Senin (15/7/2024).
Dia mengaku tidak malu dengan pekerjaan yang dilakukannya itu karena memang demi kepentingan keluarga. Dia juga tidak keberatan apabila waktunya untuk bermain bersama teman-temannya digunakan untuk mencari uang.
“Iya, tidak malu kan demi membantu ibu mencari uang, terus setiap hari juga sekolah, biar bisa jadi dokter. Mudah-mudahan harapannya bisa terwujud,” imbuhnya. (adib)
Diskusi tentang ini post