SATELITNEWS.COM, JAKARTA–PKS mengisyaratkan ingin mengikuti Partai NasDem dan PKB, rekan koalisinya di Pilpres lalu, gabung dalam koalisi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Bila usaha PKS masuk kabinet ini berhasil, maka PDIP terancam oposisi sendirian.
Sebenarnya, keinginan PKS untuk masuk dalam pemerintahan Prabowo, sudah muncul beberapa bulan lalu. Sejumlah elite PKS sudah meminta waktu pada Prabowo untuk bertemu. Sayangnya, PKS tak seberuntung NasDem dan PKB. Meskipun sama-sama dari Koalisi Perubahan, NasDem dan PKB sudah berhasil bertemu Prabowo untuk menyampaikan dukungannya.
Sementara jalan PKS masuk pemerintahan masih samar-samar. Selain belum berhasil bertemu Prabowo, keinginan PKS bergabung juga ditolak 2 parpol dari Koalisi Indonesia Maju (KIM). Penolakan paling kencang disampaikan Partai Gelora yang dipimpin Anis Matta.
Setelah beberapa bulan tak ada kabar, PKS kembali mengutarakan niatnya. Kali ini, disampaikan langsung Presiden PKS Ahmad Syaikhu saat menghadiri Mukernas dan Harlah PKB ke-26 di JCC Senayan, Jakarta, Selasa, 23 Juli 2024. Hadir dalam acara itu, Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin, Ketum NasDem Surya Paloh, dan Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad.
Di hadapan para bos parpol itu, Syaikhu mengungkapkan keinginannya merapat ke koalisi pemerintahan kepada Sufmi Dasco. Sudah diketahui umum, Dasco adalah salah satu orang kepercayaan Prabowo. Dalam pidatonya, Syaikhu mengungkapkan pentingnya kolaborasi antara elemen bangsa dalam membangun negeri. Kata dia, mewujudkan cita-cita bangsa, tak mungkin dilakukan seorang diri. Apalagi hanya satu partai saja.
“Karena itu, saya kira untuk Pak Dasco dan Gerindra, ajak-ajaklah PKS. Jangan cuma sekadar ngajak NasDem dan PKB, PKS ditinggalkan sendirian,” kata Syaikhu, disambut tawa dan tepuk tangan hadirin. Namun, Jubir PKS Ahmad Mabruri mengungkapkan, omongan bosnya di acara PKB hanya guyonan belaka. Kata dia, sampai saat ini, PKS belum menentukan sikap apakah akan bergabung dengan koalisi pendukung Prabowo-Gibran atau menjadi oposisi. “Pidato itu kan biar suasana cair saja. Kalau pidato terlalu serius nanti bosan,” kata Mabruri.
Mabruri mengungkapkan, pembicaraan sikap politik PKS tak mungkin disampaikan dalam ruang yang terbuka. Apalagi di rumah orang. Ia memastikan, sikap politik PKS akan disampaikan dalam momen yang tepat. “Sekarang masih wait and see,” cetusnya.
Di tempat terpisah, Waketum Gerindra Fadli Zon menyambut baik pidato Syaikhu yang ingin diajak bergabung dalam koalisi Prabowo. Kata dia, semakin banyak yang bergabung, maka akan semakin baik. Konsolidasi nasional dibutukan dalam pembangunan. Apalagi, kata dia, hubungan Gerindra dan PKS sebenarnya baik-baik saja.
Kendati demikian, Fadli Zon menyampaikan keputusan tersebut tentu ada di PKS dan Prabowo. “Kalau kita lihat semua partai chemistry-nya baik-baik saja semuanya,” ungkapnya.
Berbeda dengan sikap PKS yang mencoba mendekati Prabowo, PDIP justru menjaga jarak dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM). Hal tersebut tampak dalam dinamika Pilkada. Partai berlambang kepala banteng itu memilih berhadapan dengan calon yang diusung KIM. Paling kentara misalnya dalam Pilgub Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Di Pilkada Sumut, KIM bersama PKB dan NasDem mengusung menantu Presiden Jokowi yang kini sudah menjadi kader Gerindra, Bobby Nasution. Tinggal PDIP dan PKS yang belum menentukan sikap. Politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, sampai saat ini partainya belum menentukan sikap politik. Hendrawan mengungkapkan, menjadi oposisi bukan hal buruk.
“Jangan dimaknai sebagai ekspresi ketidaksukaan atau memusuhi. Oposisi harus dilihat sebagai upaya melengkapi peran-peran politik dalam sistem demokrasi, agar sistem tersebut bekerja dengan baik,” kata Hendrawan.
Direktur Eksekutif Survei dan Polling Indonesia, Igor Dirgantara menilai PDIP tampaknya masih menimbang dengan matang untuk menentukan sikap politik partai. Kata dia, jika melihat Pidato Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri pada Rakernas Mei lalu, potensi PDIP untuk bergabung dan menjadi oposisi masih ada. Ia menduga, sikap partai ini akan lebih tegas menentukan posisinya pada Kongres PDIP mendatang.
Menurut dia, hubungan Megawati dan Prabowo sejauh ini tidak ada permasalahan. Selain itu, Prabowo pun saat ini mengusung agenda rekonsiliasi demi persatuan nasional. “Jadi, apakah partai ini bergabung dengan Prabowo atau di luar pemerintahan, tentu tergantung tawar-menawar politik juga,” katanya.
Sementara, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai kode yang disampaikan Ahmad Syaikhu menunjukkan betul kalau PKS lelah beroposisi. PKS menganggap Dasco bisa menjembatani komunikasi PKS dengan Prabowo yang buntu. Sekarang, kata dia, tinggal bagaimana respons Prabowo. Karena di saat yang sama, koalisi sudah gemuk. “Parpol yang tersisa hanya PDIP, kalau PKS nanti ikut gabung,” kata Pangi. (rm)
Diskusi tentang ini post