SATELITNEWS.COM, LEBAK—Hamdani (49) warga Kampung Neglasari, Desa Kandangsapi, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak sukses memasarkan batu alam miliknya hingga ke pasar mancanegara. Pundi-pundi rupiah tiap bulan yang nilainya mencapai puluhan juta terus mengalir.
Akan tetapi, usaha yang ditekuni Hamdani tidak lah mudah. Butuh tenaga ekstra, kesabaran, ketekunan bahkan pasang surut dialaminya. Karena optimismenya atas kualitas batu alam yang diklaim memiliki mutu baik untuk bahan bangunan, khususnya rumah, sehingga usaha yang merupakan turunan dari orangtua itu bisa dijalani hingga sukses sekarang.
Batu alam yang merupakam garapan dari tanah miliknya itu kini dijual baik lokal maupun hingga mancanegara “Biasanya saya jual ke lokal ya. Tapi kadang ke luar negeri juga. Ke Qatar, Jepang, sama Amerika. Bahkan baru kemarin saya juga ke Jepang, tapi memang diolah dulu di Jawa,” kata Hamdani, Senin (8/10/2024).
Tidak main-main, rata-rata omzet Hamdani dari bisnis batu alamnya sendiri bisa mencapai Rp 50 juta per bulan. Untuk bisa memenuhi permintaan pasar, ia turut memperkerjakan 4 orang tetangganya untuk bekerja di tambang batu alam miliknya. “Kalau omzet memang naik turun, sebulan itu bisa Rp50 juta, atau kalau bulan kemarin itu sekitar Rp12 juta per minggu, jadi ya Rp 48 juta per bulanlah,” ucapnya.
Bisnis Batu alam yang ia geluti sendiri, kata Hamdani, merupakan bisnis yang diturunkan oleh sang ayah. Kini, genap 15 tahun dirinya menggarap bisnis tersebut secara mandiri. Ia sendiri mencari batu alam di atas lahan seluas sekitar satu hektare miliknya.
Karena bertahun-tahun terus digali, untuk mendapatkan batu alam templek dengan kualitas terbaik harus diambil dari kedalaman 10 meter. Untungnya, kini pekerjaannya tersebut ikut dibantu oleh alat berat. “Kemudian batu-batu itu dipahat dengan alat yang sederhana menjadi kepingan berdiameter 30 cm sampai 60 cm tergantung permintaan. Di wilayah kita itu satu-satunya di Banten. Karena keunikan dan kualitas, makanya disukai pasar luar negeri,” terangnya.
Kendati demikian, Hamdani mengakui bahwa bisnisnya tersebut sering mengalami pasang surut. Bahkan, di momen-momen tertentu, seperti Ramadan atau Idul Fitri, permintaan batu alam miliknya cenderung sedikit. Masuk akal, karena menurutnya, proyek kontruksi kebanyakan tak berjalan masif di momen seperti itu. Namun, permintaan akan kembali normal, bahkan cenderung meningkat ketika di hari-hari biasa. “Kebanyakan sih memang buat proyek rumah gitu. Nah kalau puasa kan pekerja libur, ya walaupun ada saja pasti yang mesan. Tapi ya kita jalani saja,” tandasnya. (*)
Diskusi tentang ini post