SATELITNEWS.COM,TANGSEL—KPU Kota Tangerang Selatan menggelar simulasi pemungutan dan penghitungan suara pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tangsel 2024, Minggu (3/11). Dari simulasi ini diketahui muncul sejumlah kekurangan. Mulai tingkat partisipasi yang di bawah 50 persen hingga TPS tidak ramah terhadap penyandang disabilitas.
Simulasi pertama itu berlangsung di TPS 29 yang berlokasi di Graha Bunga RT 001 RW 08 Kelurahan Pondok Kacang Barat, Kecamatan Pondok Aren. Dari 418 undangan mengikuti simulasi, hanya 148 yang hadir.
“Memang melihat dari proses perhitungan ini dari 418 undangan yang hadir DPT-nya hanya 148, memang di bawah 50 persen. Harapannya KPU kita minta untuk melakukan sosialisasi kaitan dengan partisipasi publik dengan kehadiran ke TPS tanggal 27,” ujar Komisioner Divisi
Penanganan Pelanggaran Bawaslu Tangsel, Antonius Didik Trihatmoko seusai mengikuti simulasi.
Meski begitu, Didik mengetahui bahwa lokasi simulasi kali ini berada di perumahan elit. Sehingga, ia mengaku tidak heran bila partisipasinya kecil. Namun, dia juga belum mengetahui pasti bagaimana secara teknis KPU selaku penyelenggara menyampaikannya kepada masyarakat.
“Kita belum tahu seandainya digelar di TPS permukiman warga, yang kedua memang kita tidak tahu proses sosialisasi kepada warga. Bawaslu kan dapat undangan hari ini ada sosialisasi, nah proses pembagian undangan ke warga yang di TPS ini seperti apa. Jadi kita belum dapat keterangan dari KPU, sejauh mana sosialisasinya,” paparnya.
Selanjutnya, kata Didik, pihaknya juga menyoroti soal fasilitas penunjang lainnya yang harus diperhatikan. Jangan sampai pada hari pelaksanaan pencoblosan terdapat hambatan akibat tidak mengevaluasi dari simulasi tersebut.
“Bagaimana pengamanan terhadap kotak suara itu sendiri dilakukan seperti apa. Artinya bagaimana mitigasi ketika terjadi kendala cuaca bagaimana proses evakuasinya, apakah KPU mempersiapkan kalau hujan deras ada evakuasi ruangan yang memang aman untuk surat suara. Harus diantisipasi belajar dari simulasi ini,” ungkapnya.
Lalu, kata Didik, mengenai TPS ramah bagi pemilih disabilitas juga harus menjadi perhatian. Jangan sampai, hal-hal krusial seperti itu tidak dipikirkan mulai dari akses menuju titik TPS sehingga kurang optimal.
“Bicara inklusi, ini tidak inklusif. Karena ada beda tinggi antara jalan masuk, pintu masuk. ini ngga ramah untuk disabilitas. Artinya kalau pakai kursi roda ini harus diturunkan karena beda tinggi antara jalan dengan tempat pemungutan suara,” katanya.
Komisioner KPU Tangsel, Ajat Sudrajat menuturkan bahwa dalam menentukan TPS terdapat beberapa kategori seperti di permukiman padat penduduk dan perumahan. Kata dia perumahan elite dipilih lantaran ingin mengetahui seberapa banyak partisipasinya.
“Memang pada hari ini kurang lebih ada di angka 46 persen partisipasi yang hadir. Harapannya bahwa setelah simulasi ini khususnya pemilih yang segmennya ada di klaster atau komplek elit ini bisa ditingkatkan dengan cara sosialisasi kepala daerah lebih ditingkatkan di segmen pemilih klaster,” paparnya.
“Mungkin nanti setelah terbentuknya KPPS ya, ini kan bisa juga nanti setelah dilantik, KPPS akan mengumumkan pelaksanaan pemungutan suara. Mudah-mudahan di masa pengumuman pemungutan suara bisa lebih masif lagi informasi nya,” terangnya.
Ajat membeberkan, menggelar simulasi di kawasan perumahan elit, pihaknya telah mempertimbangkan secara matang, untuk memantik kesadaran pemilih mau datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
“Jadi seberapa persen keinginan warga untuk datang ke TPS dalam menyalurkan hak pilihnya,” terangnya.
Selain itu, kata dia, salah satu kendala partisipasi pemilih rendah dikarenakan pelaksanaan simulasi yang digelar pada hari libur, dijadikan momentum pemilih untuk beraktivitas diluar rumah.
“Hari Minggu jadi banyak pemilih yang sedang beraktivitas diluar jadi tidak bisa hadir ke TPS untuk mengikuti rangkaian simulasi. Tapi hasil simulasi ini tujuannya kan yang pertama adalah memahami dan mendalami terkait regulasi pemungutan dan penghitungan suara, jadi memang bagaimana kpps itu mengerti cara pengisian formulir sehingga hasil simulasi ini menjadi pembelajaran atau bahan pembelajaran kpps dikala besok,” sambung Ajat.
Sementara itu Ketua KPU Provinsi Banten, Mohamad Ihsan yang hadir dalam simulasi ini menyampaikan bahwa kegiatan ini bagian dalam rangkaian mempersiapkan proses pemungutan suara sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
“Simulasi pemungutan dan perhitungan suara ini adalah yang pertama belajar bagaimana kita mempersiapkan proses pemungutan suara itu dilaksanakan dengan sesuai prosedur dan juga tata caranya. Kita ingin melihat proses pemungutan suara nanti butuh berapa waktu, kita akan mengukur karena ini berbeda dengan proses pemungutan suara ketika pilpres dan pileg,” ujarnya.
Menurutnya, pemilih yang nantinya bakal menerima dua jenis surat suara ini juga guna mengukur keakuratan waktu yang dibutuhkan tiap orangnya. Lalu, kata dia, pihaknya ingin melihat para pihak yang terlibat dalam proses pemungutan suara simulasi tersebut.
“Iya kita belum tau berapa waktu yang dibutuhkan ketika didalam TPS ini mudah-mudahan simulasi ini bisa mengukur berapa satu pemilih itu dapat menggunakan hak pilihnya,” jelasnya.
Salah satu warga Yusuf (31) mengatakan ini merupakan kali pertama simulasi dilakukan di wilayah tempat tinggalnya. Kata Yusuf, dirinya sangat antusias dan sekaligus memberikan gambaran kepada warga agar nantinya memahami tata cara pada 27 November mendatang.
“Simulasi ini menarik karena baru juga kaya gini, dulu juga belum pernah ada seperti ini jadi kaya ada gambaran buat warga. Jadinya lebih antusias untuk pilkada,” katanya.
“Alhamdulillah tidak ada kesulitan, karena dibantu juga sama petugas, diarahkan, jadi buat saya sendiri tidak ada kesulitan. Tadi saya tidak sampai lima menit dari mulai masuk,” pungkasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post