SATELITNEWS.ID, LEBAK—Deratih Putri Utami Awaliyah Firdaus, warga Kampung Lebong, Kelurahan Cijoro Pasir, Kecamatan Rangkasbitung yang kini kuliah di Universitas Sriwijaya, Palembang mengambil jurusan spesialis dokter gigi. Alumni SMAN 3 Rangkasbitung ini, rupanya mengembangkan ilmunya menjadi dokter juga bakatnya dengan menulis cerita di sebuah buku.
Sudah pintar cantik pula. Itulah kata yang tepat disematkan kepada gadis kelahiran 28 Agustus 1996 ini. Berapa tidak, sejak lulus dari SMAN 3 Rangkasbitung 2014, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Firdaus dan Mulyati ini mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak untuk kuliah di kedokteran.
Tidak sampai di situ, dia juga sekarang sudah menjalani Koas atau Co-Assistantdi Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Sumatera Selatan tersebut sekaligus mengembangkan bakatnya dengan menjadi penulis. Bahkan karyanya yang berjudul “Dentistry’s Deadlock Syndrome” yang menceritakan kehidupannya sudah dilauching pada bulan Maret 2020.
Perempuan yang pernah menjabat Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya melalui sebuah tulisannya mengaku, sengaja merilis buku dengan tebal 160 halaman itu untuk memberikan motivasi bagi seluruh mahasiswa kedokteran gigi di Indonesia agar dapat menyelesaikan pendidikan dengan sebaik-baiknya. Sehingga, mereka dapat berkontribusi aktif untuk masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
“Dilaunchingnya awal Maret lalu mas. Ya judul bukunya Dentistry’s Deadlock Syndrome. Buku ini membahas tuntas kehidupan mahasiswa profesi dokter gigi atau para Koas gigi di Indonesia,”kata Deratih melalui telepon selulernya, kemarin.
Dentistry’s Deadlock Syndrome ini merupakan buku pertama yang ditulis oleh wanita yang akrab disapa Dera ini. Setiap lembarnya, Dera menceritakan betapa terjal dan berlikunya kehidupan para koas gigi dalam menempuh pendidikan profesi dokter gigi.
Berbagai problematika, kata Dera tertulis secara gamblang dalam buku muai dari teori klasik Koas Gigi, beragam tipe pasien koas, perjuangan dalam mencari pasien, tekanan akademik dan finansial yang dialami koas gigi serta problematika joki koas yang kian menjamur di lingkungan RSGM.
“Segala permasalahan tersebut yang dialami oleh koas gigi, semakin lama akan menjadi akumulasi permasalahan yang menjadikan koas menghadapi situasi “deadlock” pada suatu waktu selama perjuangan koas berlangsung,”ungkapnya.
Menurut Dera, segala problematika yang dialami oleh para koas gigi akan terjawab secara langsung dalam buku ini melalui nasihat-nasihat orang tua dan para guru yang cukup menenangkan, cerita inspiratif yang memotivasi para koas gigi agar semakin bersemangat dalam menghadapi ujian ketika koas dengan pendekatan keagamaan dan filantropi.
“Tips and trick agar bisa survive dalam menuntaskan pendidikan dokter gigi juga turut dibahas dalam buku ini. Semoga tulisan-tulisan dalam buku ini dapat membantu teman-teman dalam me-recharge semangat ketika para koas gigi sudah mulai merasa jenuh dan demotivasi untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya ketika berada dalam fase koas,” paparnya.
Saat disinggung, pasca nanti lulus kuliah apakah langsung mengabdi atau ada rencana lain? Dera memgaku akan langsung mengabdi. “Insya Allah saya akan mengabdi di Pemkab Lebak, karena beasiswanya kan dari setempat,” tandasnya. (mulyana/made)
Diskusi tentang ini post