SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Bila selama ini popok terpakai hanya berakhir menjadi sampah, namun tidak di tangan warga kreatif ini. Berawal dari motivasi untuk mengurangi sampah dan residu membuat Muhliyatun warga Kecamatan Cibodas membentuk komunitas Sarana Olah Sampah (SOS).
Komunitas yang berdiri pada November 2018 ini memulai kiprahnya dengan mengubah popok bekas menjadi pupuk. Pria yang biasa disapa Atoen ini menjelaskan, dipilihnya popok bermula dari penggunaan popok anak serta banyaknya sampah tersebut disekitar lingkungan tempat tinggalnya.
“Setiap hari kita melihat sampah popok bayi ini bisa empat hingga lima buah per rumah yang memiliki anak bayi, sampah lalu dibuang ketempat sampah dan bahkan juga ada yang membuang ke sungai,” papar Atoen.
Atoen dan tujuh anggota SOS yang memiliki pengetahuan mengolah limbah B3 lalu memulai memanfaatkan sampah popok dengan mengolah hydrogelnya untuk dicampurkan ke media tanam dengan cara permentasi gel melalui cairan mikrorganisme atau pengurai bakteri.
“Adanya unsur hara dan metan dalam sampah popok sehingga dapat dimanfaatkan menjadi pupuk media tanam padat dan gel nya dijadikan nutrisi cair,” ucapnya, belum lama ini. Hasil produksi sampah popok bayi pun dibagikan ke masyarakat sekitar, pemda dan kampus sekaligus mengedukasi dan mengenalkan proses pengolahannya agar dapat diaplikasikan secara mandiri.
Sebanyak 700 Kilogram sampah popok setiap bulannya disulap zero waste menjadi pupuk hingga kerajinan tangan seperti asbak, pot bunga dan bahan dasar bata ringan. Atoen menjelaskan, sampah popok diolah zero waste atau tak tersisa. Sebanyak 700 Kilogram sampah popok yang diolah dapat menghasilkan 350 liter pupuk cair, 250 pupuk padat, kemudian sisanya sebanyak 54 Kilogram menjadi bahan plastik dan karton untuk membuat kerajinan tangan seperti asbak dan pot bunga.
“Kenapa Kita olah benar-benar sampai zero waste karena gel didalamnya mengandung bakteri fitel dan bahayanya lagi lapisan luar plastik dan bahan sintetis seperti tisue yang menyerap air jika dibuang ke sungai tidak akan terurai hingga 100 tahun,” terang Atoen.
Atoen mengakui upaya SOS merupakan pertama kalinya di Indonesia dimana sampah popok berupa gel popok menghasilkan energi bio gas, dan hydrogel menjadi pupuk cair. “Banyak daerah yang datang ingin mengkaji dan meniru untuk diterapkan di daerahnya seperti Kabupaten Sijunjung, Kota Semarang, Surabaya dan Bandung,” kata dia.
Upaya yang dilakukan Atoen bersama SOS mengundang perhatian produsen popok yakni PT Softex Indonesia memberikan program kepedulian lingkungan berupa bantuan mesin pencacah plastik dan pengadaan sarana pembuatan pupuk seperti digester komposter, kompor biogas dan timbangan digital. (made)
Diskusi tentang ini post