SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Kementrian Kesehatan mulai mendistribusikan vaksin Covid-19 buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac per Minggu (3/1). Banten merupakan salah satu dari 13 provinsi yang mendapatkan kiriman Vaksin Sinovac gelombang pertama.
Juru Bicara Bio Farma, Bambang Heriyanto dalam konferensi pers daring kemarin menjelaskan vaksin akan dikirimkan secara bertahap. Pengiriman pertama dilakukan kemarin dan ditargetkan selesai pada 7 Januari 2021 mendatang.
“Betul mulai hari ini vaksin akan mulai kami distribusikan ke 34 provinsi,” ujar Bambang.
Untuk tahap pertama, Bio Farma sebagai distributor, mengirimkan vaksin ke 13 provinsi. Tiga belas provinsi itu adalah Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat dan Papua.
Jawa Timur dan Jawa Tengah menjadi daerah dengan pengiriman dosis terbanyak dengan masing-masing 77.760 dan 62.560. Disusul selanjutnya dengan Lampung dengan 40.520 dan Sumatera Barat dengan 36.920.
Untuk Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten, vaksin Covid-19 ini diharapkan tiba di lokasi hari ini, 4 Januari 2021. Sedang untuk daerah lain, ditargetkan vaksin tiba pada 5 Januari 2021. Demikian dilansir tempo.co.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti menjelaskan Provinsi Banten mendapatkan alokasi vaksin Covid-19 tahap pertama sebanyak 43.000. Seluruhnya akan digunakan untuk tenaga kesehatan. Vaksinasi di Banten diperkirakan dimulai pada 22 Januari 2021. Namun, Kepala Dinas Kesehatan Banten itu tidak menjelaskan secara rinci pembagian kuota vaksin Covid-19 tahap pertama ini ke masing-masing delapan kabupaten/kota di Banten.
Sementara itu Pemerintah Kabupaten Tangerang belum mendapatkan informasi dari Pemerintah Provinsi Banten terkait jadwal pendistribusian Vaksin Covid-19 Sinovac. Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, mengatakan bahwa, belum ada informasi terkait jadwal pendistribusian Vaksin Covid-19 atau Sinovac di Kabupaten Tangerang. Zaki enggan berkomentar ketika ditanya kesiapannya untuk menjadi orang pertama yang mencoba Vaksin Sinovac di Kabupaten Tangerang.
“Belum ada info terkait itu,” jawab singkat Zaki Iskandar, Minggu (3/1).
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan dan Pencegahan Covid-19 Kabupaten Tangerang, Hendra Tarmidzi mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih menunggu informasi jadwal pendistribusian Sinovac dari Pemerintah Provinsi Banten.
“Kita masih menunggu informasi dari Provinsi Banten, ” katanya.
Menurut Hendra, pendistribusian Vaksin Sinovac ini akan sama seperti pendistribusian Vaksin lainnya. Yaitu di Puskesmas, Rumah Sakit, dan Klinik. Terkait aturan siapa saja yang diwajibkan menggunakan vaksin masih belum ada, namun dia menegaskan bahwa itu untuk masyarakat.
“Seperti biasa, bisa di Puskesmas, RS, atau Klinik. Belum ada aturan sanksi jika masyarakat menolak divaksin. Saya belum lihat aturannya, jadi belum bisa dipastikan. Kita tunggu aturannya saja, ” jelas Hendra.
Untuk penyimpanan Vaksin Sinovac ini, Hendra mengatakan, bahwa sama persis dengan vaksin lainnya. Yaitu harus ditaruh di tempat yang memiliki suhu 2 sampai 8 derajat Celcius.
“Sinovac pada suhu 2 sampai 8 Celcius. Sudah ada tempatnya, karena vaksin yang rutin juga sama penyimpanannya,”katanya.
Sempat beredar informasi di tengah-tengah masyarakat, bahwa Vaksin Sinovac sangat berbahaya untuk ginjal. Namun, Hendra membantah hal tersebut dan mengatakan bahwa, informasi terkait Sinovac berbahaya untuk ginjal, itu hoax. Dia juga menghimbau kepada masyarakat, untuk tidak mudah terprovokasi dengan informasi yang tidak benar terkait Vaksin Sinovac.
“Itu saya pastikan Hoax. Informasi itu tidak benar, ” tegas Hendra.
Penegasan soal hoax tersebut juga disampaikan Juru Bicara Vaksin Covid-19 untuk PT Bio Farma Bambang Heriyanto. Dia menjelaskan begitu banyak kabar yang tak benar tentang vaksinasi Covid-19. Salah satunya adanya informasi bahwa vaksin yang akan disuntikkan secara massal masih berlabel ‘untuk uji klinis‘ atau ‘clinical trial‘.
“Pemberitaan yang menyebutkan bahwa vaksin itu only for clinical trial dan tertulis di kemasan, kami pastikan tak benar,” kata Bambang.
Bambang menegaskan, vaksin untuk uji klinis dengan vaksin untuk vaksinasi adalah hal berbeda. Vaksin untuk vaksinasi pasti sudah dilakukan pengawasan oleh BPOM dan mendapatkan izin penggunaan darurat (BPOM).
“Jadi vaksin yang saat ini, sudah sampai dan digunakan, pasti sudah diizinkan BPOM. Kemasannya juga beda,” tutur Bambang.
Saat uji klinis, vaksin Sinovac menggunakan wadah berbahan PFS di mana wadah vaksin dan jarum suntik jadi satu dalam 1 kemasan. Sedangkan vaksin untuk vaksinasi berupa single dose atau dosis tunggal.
“Di labelnya tak ada penanda tulisan only for clinical trial, jadi informasi selama ini beredar tak benar,” katanya.
Menurut Bambang, begitu tiba di Indonesia, 3 juta vaksin Sinovac langsung disimpan di tempat khusus di Bio Farma dengan suhu dan persyaratan sesuai spesifikasi vaksin. Vaksin dijaga dalam suhu 2-8 derajat Celcius.
“Dilakukan serangkaian pengujian mutu oleh Bio Farma oleh BPOM. Dilakukan untuk menjaga kualitas agar terjamin dari mulai produksi sampai didistribusikan,” paparnya.
Saat ini Indonesia sudah memiliki 3 juta dosis vaksin dari Sinovac. Kini tahapan selanjutnya hanya tinggal menunggu izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Kementerian Kesehatan memastikan Indonesia membutuhkan waktu 15 bulan untuk pelaksanaan vaksinasi Covid-19.
“3 juta dosis vaksin yang tiba saat ini masih menunggu izin dari BPOM. Jika izin sudah keluar laksanakan vaksinasi bertahap,” kata Juru Bicara Vaksin Covid-19 dari Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tramidzi dalam konferensi pers virtual, Minggu (3/1).
“Nah untuk vaksinasi, total kita butuhkan waktu 15 bulan dihitung mulai Januari hingga Maret 2022,” kata Nadia.
Waktu 15 bulan itu dilakukan untuk menuntaskan program vaksinasi Covid-19 di 34 provinsi dengan total target populasi mencapai 181,5 juta orang. Artinya jumlah itu mengejar Herd Immunity atau kekebalan kawanan sebesar 70 persen.
Lalu pelaksanaan vaksinasi 15 bulan berlangsung 2 periode. Yakni Januari-April 2021 untuk tenaga kesehatan dan pekerja pelayanan publik. Lalu periode kedua, selama 11 bulan dari April 2021- Maret 2022 akan menjangkau seluruh masyarakat sisa dari periode pertama.
“Sebelum dan saat proses vaksinasi harus tetap jalankan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun dengan disiplin. Sebab perjalanan kita masih cukup panjang. Lalu tekankan 3T (testing, tracing, treatment),” katanya. (alfian/jpg/gatot)
Diskusi tentang ini post