SATELITNEWS.ID, JAKARTA–Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Tjahjo Kumolo mengusulkan agar libur Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran hingga libur Tahun Baru 2022 diperpendek. Usulan tersebut bertujuan untuk meminimalkan penularan Covid-19. Pemerintah telah menetapkan cuti bersama Hari Raya Idul Fitri 2021 pada 12 Mei dan 17-19 Mei 2021.
“Kami usulkan supaya libur Idul Fitri, Tahun Baru, nggak ada H-5 atau H+5, atau H-10 H+10, diperpendek,” ujarnya secara virtual melalui kanal YouTube, Rabu (17/2).
Tjahjo menjelaskan, nantinya usulan tersebut akan dibarengi dengan instrumen sanksi bagi para ASN maupun anggota TNI-Polri yang bepergian ke luar kota untuk melakukan mudik atau berlibur. Sebab, aparatur pemerintah harus menjadi contoh berdisiplin yang baik bagi masyarakat.
“Sanksi yang tegas baik bagi ASN, TNI-Polri, dan bisa beri contoh ke masyarakat,” ungkapnya.
Tjahjo memandang, pemangkasan cuti bersama dan pelarangan ASN ke luar kota saat libur panjang efektif mengurangi penambahan penularan kasus Covid-19. Hal itu bercermin dari kebijakan pemerintah yang menerapkan larangan ASN, TNI dan Polri ke luar kota saat libur Imlek 12-14 Februari 2020.
Kebijakan pelarangan bepergian keluar kota untuk ASN, menurutnya ternyata mampu menurunkan penularan Covid-19 hingga 25 persen. “Kemarin sudah menurun 25 persen saat libur Imlek,” katanya.
Sebelumnya, Tjahjo juga sempat melontarkan rencana untuk mengkaji dan mengevaluasi hari libur nasional dan cuti bersama sepanjang 2021 seiring perkembangan penyebaran kasus Covid-19 di Indonesia. Pihaknya pun akan mengoordinasikan terkait evaluasi cuti bersama itu dengan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dalam waktu dekat.
Hingga kemarin, kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 1.243.646 orang. Dalam sehari Rabu (17/2), bertambah 9.687 kasus dengan Jawa Barat sebagai penyumbang paling banyak.
Jawa Barat berada di posisi teratas dalam kasus harian tertinggi pada Rabu (17/2), yakni 4.124 kasus baru dalam sehari. Artinya hampir separo dari pertambahan kasus nasional harian. Kemudian disusul oleh DKI Jakarta sebanyak 1.445 kasus. Jawa Tengah 869 kasus, Jawa Timur 580 kasus, dan Kalimantan Timur 452 kasus.
Angka kesembuhan harian bertambah 8.002 orang. Paling banyak pasien sembuh terdapat di Jawa Barat yakni 2.703 orang. Hingga saat ini sudah 1.047.676 orang di Indonesia sembuh dari Covid-19.
Angka kematian bertambah 192 jiwa dalam sehari. Paling banyak kasus kematian harian terjadi di DKI Jakarta sebanyak 47 jiwa. Sudah 33.788 jiwa meninggal dunia akibat Covid-19.
Sementara, sudah 510 kabupaten kota terinfeksi Covid-19. Ada 6 provinsi di bawah 10 kasus harian. Dan 1 provinsi dengan nol kasus.
Sementara itu, angka positivity rate Covid-19 terakhir melonjak tajam dan memecahkan rekor yang tertinggi selama ini. Pada Selasa (16/2) angka positivity rate Indonesia begitu tinggi yakni 38 persen. Padahal syarat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), positivity rate sebuah negara saat pandemi seharusnya kurang dari 5 persen.
Angka positivity harian yaitu jumlah positif kumulatif dibagi jumlah orang yang dites lalu dikali 100 melonjak jadi 38 persen pada Selasa (16/2). Angka itu naik dari Senin (15/2) yakni 32 persen.
Menjawab hal ini, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa tes Covid-19 memang turun. Baik spesimen maupun orang yang diperiksa memang jauh lebih sedikit dibanding sebelumnya terutama saat long weekend Imlek.
’’Banyak yang bertanya mengenai positivity rate yang tinggi akhir-akhir ini. Ini kami sampaikan memang tinggi khususnya di hari libur jumlah yang dites itu turun. Akibatnya kasus terkonfirmasi juga turun dan postivity rate-nya naik,’’ paparnya dalam keterangan virtual, Rabu (17/2).
Dia mencontohkan misalnya tanggal 1 Januari positivity rate tinggi karena tes relatif turun. Lalu tanggal 10–11 Januari ketika weekend membuat jumlah tesnya turun kemudian positivity rate naik.
’’Terulang terus sehingga di Imlek pun demikian. Polanya sama. Sehingga saat libur itu positivity rate memang naik. Karena memang liburannya yang panjang,’’ tukasnya.
Budi mengakui dalam kondisi normal pun dengan tes seperti biasanya, angka positivity rate Indonesia dengan kisaran 20-an persen. Masih tergolong tinggi. Sebab saran WHO seharusnya positivity rate di bawah 5 persen.
’’Dan kami sudah melakukan beberapa analisa apakah memang positivity rate yang tinggi memang disebabkan masalah kebanyakan confirmed case di Indonesia. Yang memang kami amati adalah jumlah kasus turun, jumlah kasus positif harian yang kami amati turun,’’ katanya.
’’Contoh terakhir di November (2020) ada penurunan, kemudian ada libur panjang langsung naik. kemudian kejadian di Lebaran itu JUGA naik lagi. Jadi sehabis naik karena sifatnya virus 14 hari mati dengan sendirinya jadi menurun,’’ tambahnya.
Sementara itu, Budi mengecek data di rumah sakit untuk memastikan apakah data penurunan konfirmasi atau jumlah tes yang menurun memengaruhi kapasotas rumah sakit atau tidak. Namun setelah dicek, jumlah pasien yang dirawat di RS konsisten bahwa jumlahnya memang turun relatif selama 2 minggu.
’’Baik kasus konfirmasi dan pasien masuk di RS sejak 2 minggu terakhir sudah turun dan turunnya bukan 4 hari terakhir. Jadi jumlah tes turun 4 hari terakhir tapi kasus konfirmasi turun sejak 2 minggu terakhir dan pasien masuk RS sdh turun 2 minggu terakhir,’’ ungkapnya.
’’Kami ambil kesimpulan sebenArnya jumlah turunnya testing itu memang disebabkan oleh libur. Jadi turunnya kasus konfirmasi dan pasien dirawat memang disebabkan secara fundamental laju penularan berkurang,’’ imbuhnya. (jpg/gatot)
Diskusi tentang ini post