SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG—Selain angeun lada yang menjadi favorit para pelanggannya itu, ternyata ada juga sate maranggi yang disajikan di RM Abah Udin tersebut. Namun sebetulnya, sebelum disebut sate maranggi oleh kebanyakan orang yang makan di RM-nya itu, namanya bukan sate maranggi akan tetapi panggang daging (daging bakar).
“Disini tidak ada sate lilit, ada juga sate maranggi. Itu juga sate maranggi asalnya dari mana saya tidak tahu. Yang pasti dulu ada pembeli kesini, melihat panggang daging yang kami buat sisebut sate maranggi. Nah, karena banyak sekali yang menyebutnya sate maranggi akhirnya pangang daging itu berubah nama sate maranggi dan ditambah pasarnya bagus terus, akhirnya di kami disebut sate maranggi,” jelas Udin.
Ia membuat sate maranggi itu tidak nyotek bumbunya darimana pun, akan tetapi bumbunya lebih kepada hasil otodidak atau warisan orang tua terdahulu ketika mengolah daging jelang hari raya Idul Fitri. “Ini asli bumbu buat sendiri, tidak nyotek ke bumbu sate maranggi yang dijual di rumah makan lain. Kan orang tua terdahulu di Kabupaten Pandeglang itu jelang hari raya Idul Fitri, pasti menyediakan daging untuk disantap usai salat sunah idul fitri. Pasti selain dibuat semur, pasti disisain buat manggang, nah makanya saya sajikan di RM saya, eh sekarang disebut sate marrangi,” jelasnya.
Bumbunya juga lanjut dia, biasa-biasa saja tidak semewah yang dibayangkan. Ia hanya cukup menggunakan, bawang merah dan cabai merah saja. Bawang merah sama cabe merah saja cukup, gak mesti banyak bumbu. Tidak main dirempah, karena daging itu sudah ada rasanya,” ungkapnya.
Sate yang disajikannya pas digigit tidak alot, bukan berati pakai obat atau alat caggih seperti terlebih dahulu dipresto. Namun agar dagingnya benar-benar empuk ketika disantap, ia memiliki cara tersendiri. “Bagaimana caranya daging bisa empuk? Dagingnya itu tidak diutuhkan, akan tetapi dicingcang tapi gak putus baru dipotongnya. Tidak dipresto, tapi kami lebih manual,” tandasnya. (nipal/jarkasih)
Diskusi tentang ini post