SATELITNEWS.ID, TANGERANG–Sudah tiga semester pembelajaran secara daring atau online dilakukan di sekolah dasar. Bagi para guru, pembelajaran lewat daring ini memiliki kekurangan yang tidak mudah di atasi, seperti pengenalan karakter anak dan dinilai kurang efektif.
Dahyati (42), guru yang sudah mengajar selama 10 tahun di SDN Kosambi 1 ini mengaku, semenjak mengajar melalui media sosial, dia tidak bisa mengetahui karakter anak. Padahal kata dia, penilaian yang paling utama adalah karakter.
“Percuma pintar, tulisannya bagus tapi akhlaknya jelek. Terus juga sekarang kita tidak mengenali muka murid-murid baru,” ungkapnya kepada Satelit News, Selasa (23/3).
Lanjut Dahyati, proses belajar mengajar yang dilakukan olehnya saat ini yaitu melalui media sosial WhatsApp. Setiap hari Senin sampai Sabtu, dia selalu mengirimkan tugas, tepatnya pukul 08.00 WIB.
“Alasan memakai WhatsApp, karena semua orang bisa pakai, tidak menyusahkan orang tuanya,” katanya.
Terpisah, Amalia Nuresa Rahayu (22), seorang guru SDS Tunas Elok yang berlokasi di Jalan Raya Cemara Kecamatan Pasar Kemis mengaku, saat ini dalamm melakukan proses belajar, pihaknya menggunakan aplikasi Google Meet dengan muridnya yang mengharuskan kamera untuk selalu menyala.
Menurut Amalia, bagi para guru, pembelajaran secara online ini memiliki banyak duka. Seperti banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas dan juga kadang siswa kurang berinteraksi. Sehingga meski sudah memanfaatkan kecanggihan teknologi, namun tetap saja dia menilai kurang efektif.
“Pembelajaran secara online menurut saya kurang efektif, karena tidak semua orang tua paham sama teknologi,” ucap guru yang baru satu tahun mengajar di SDS Tunas Elok. (mg3/aditya)
Diskusi tentang ini post