SATELITNEWS.ID, SERANG–Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Serang, terus mendorong pengembangan budi daya ikan lele dengan teknologi bioflok (kumpulan dari berbagai organisme). Dengan teknologi ini, pembudidaya bisa meraup keuntungan lebih besar.
Kepala DKPP Kabupaten Serang, Suhardjo mengatakan, dengan teknik bioflok pembudidaya bisa mulai memanen lele-nya dalam usia 40-60 hari. Beberapa wilayah yang sudah mengembangkan budi daya dengan sistem ini diantaranya, Kecamatan Kopo dan Jawilan.
Menurutnya, ada beberapa kelebihan dari teknologi bioflok tersebut, salah satunya dari sisi pendapatan akan lebih tinggi. Dengan diameter kolam dua meter, pembudidaya bisa menghasilkan satu ton ikan lele.
“Sekarang bioflok sudah banyak dikembangkan masyarakat,” kata Suharjo, Selasa (6/4).
Menurutnya, dalam sistem ini kolam tersebut akan dimasukan bakteri pengurai, yang bertujuan untuk menguraikan kotoran agar bisa bermanfaat. Penambahan bakteri pengurai berfungsi, menguraikan kotoran yang tadinya tidak bermanfaat diolah jadi makanan lagi.
“Makanya budi daya setiap seminggu dipuasakan (ikannya), agar makan flok-nya itu,” tuturnya.
Ia juga menuturkan, sebenarnya pengembangan teknologi bioflok bisa diterapkan pada ikan air tawar lain, seperti Nila dan sebagainya. Namun saat ini, pihaknya masih fokus pada budi daya lele. Karena, pasar lele masih terbuka lebar (saat ini). Pasokan lele yang ada, belum bisa memenuhi kebutuhan di Kabupaten Serang.
“Karena pasarnya masih tinggi, belum memenuhi pasar Kabupaten Serang. Kita masih suplai dari luar daerah, makanya dengan pengembangan lele ini bisa memenuhi kebutuhan lokal,” harapnya. (sidik/mardiana)
Diskusi tentang ini post