SATELITNEWS.COM, SERPNG–Raut sedih tampak dari wajah para pasien Rumah Lawan Covid-19 (RLC-19) Kota Tangerang Selatan Ciater Serpong. Bagaimana tidak. Sejak akhir Ramadan, Hari Raya Idul Fitri hingga kini mereka harus terpisah jauh dari keluarganya akibat corona yang diderita. Pemandangan memilukan itu terlihat saat wartawan koran ini menyambangi RLC-19. Seperti apa kesedihannya?
Ichi Kurniasih (39), adalah perawat di Puskesmas Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, yang terpapar Covid-19. Sejak akhir bulan Ramadan, Hari Raya Idul Fitri hingga kini, ibu satu anak itu terpaksa jauh dengan keluarga karena harus menjalani masa karantina di RLC-19.
Dia menuturkan, awal mula terpapar Covid-19 sejak Sabtu 08 Mei 2021 lalu setelah merasakan ada keluhan seperti meriang, sendi-sendi nyeri, tidak bisa mencium aroma, hingga sakit kepala yang tidak mampu ditahan.
Kemudian Minggu 09 Mei 2021 pagi dia memeriksakan diri namun saat diperiksa, dokter hanya menjelaskan bahwa sakit yang dideritanya hanya radang biasa. Kemudian pada Senin 10 Mei 2021, dia mencoba swab antigen dan ternyata hasilnya positif Covid-19. Ichi mengaku bingung karena selama bekerja sebagai perawat, pasien yang datang ke Puskesmas tidak ada yang positif dan selalu menjaga protocol kesehatan (prokes).
“Awalnya bingung, karena selama kerja selalu pakai perlengkapan yang lengkap. Kemarin menangani pasien yang biasa-biasa saja tapi ternyata ketika saya merasakan gejala itu, melakukan swab hasilnya negatif,” ujar Ichi.
Setelah mengetahui dirinya positif Covid-19, dia langsung minta rujukan ke RLC-19. Rasa sedih melanda saat pertama kali memutuskan untuk berpisah dengan keluarganya jelang Lebaran. Raut wajahnya terlihat sedih. Air matanya menggelayut di pelopak mata. “Aku sangat rindu dengan suami dan anakku,” tuturnya.
Dia sempat tertunduk ketika bicara harus merayakan Idul Fitri di RLC-19 bersama pasien yang lain tanpa anggota keluarga tercinta. Terlihat dari tatapan matanya, dia sangat merindukan momen lebaran bersama keluarga, namun apalah daya yang bisa di lakukan hanya berkomunikasi lewat video call.
“Lebaran disini bareng yang lain, sedih banget cuma bisa video call sama mereka (pasien,Red), yang di rumah nangis tapi mau gimana lagi, saya sayang sama mereka (keluarga,Red) makanya memilih untuk jauh dulu sementara waktu, karena di rumah dengan isolasi mandiri tidak menjamin keluarga kita aman,” imbuhnya.
Kendati begitu, dia mengaku merasa senang juga selama di RLC-19. Dia merasa memilki keluarga baru merayakan lebaran sama seperti di rumah mulai dari ibadah salat ied hingga makan bersama dengan makanan yang khas hari raya Idul Fitri.
“Untuk masyarakat di luar sana tetap jaga kesehatan dan terapkan protokol kesehatan. Saya saja yang sudah sangat menjaga masih tertular, Covid-19 itu masih ada percaya atau tidak memang nyatanya ada dan ikuti aturan pemerintah demi diri sendiri, keluarga tercinta dan manusia yang lainnya. Saling menjaga satu sama lain hilangkan rasa egois dalam diri,” imbuh Ichi.
Lain halnya dengan Irma Sawitri (45). Ibu dua anak ini merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementrian Agama Kota Tangerang Selatan. Warga Kelurahan Jurang Mangu Timur, Kecamatan Pondok Aren ini diisolasi bersama dengan satu orang anaknya.
Irma mengakiu tidak memiliki gejala yang begitu terasa. Dia hanya sempat muntah serta masuk angina. Disusul dengan indra penciuman dan perasanya hilang.
Sedangkan sang anak dirawat karena mengalami gejala sinusitis. Hidung dan kepalanya sakit. Irma mengaku sedih saat teringat anaknya yang lain yang masih kecil yang kini sedang mondok di pesantren. Raut wajahnya seketika menunjukkan kesedihan seakan sangat rindu ketika dia bercerita saat telpon, anaknya selalu berharap ibu dan kakanya cepat pulih dan kembali ke rumah.
“Adiknya mondok, jadi pas dia (anaknya yang mondok,red) tau saya dan kakaknya positif dia kalau telpon cuma minta saya dan kakaknya cepat pulih dan pulang ke rumah, ya namanya anak masih remaja dan kadang masih manja,” katanya. (mg4/jarkasih)
Diskusi tentang ini post