SATELITNEWS.ID, TANGERANG–Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangerang mengkritisi PT Tangerang Nusantara Global (TNG) yang belum maksimal menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pasalnya, sejak diluncurkan pada 2016 lalu PT TNG belum dapat menghasilkan keuntungan bila dibandingkan dengan biaya operasional.
“Kalau secara keseluruhan belum optimal kita akui itu. Kita beharap PT TNG ini kan BUMD nih bisa menghasilkan pundi-pundi sebagai PAD,” ujar Ketua Komisi III DPRD Kota Tangerang Wawan Setiawan, Rabu, (02/06).
Seperti angkot Si Benteng, menurut Wawan juga belum optimal lantaran sistem pembayarannya yang menggunakan Ovo. Pihaknya sempat meminta PT TNG untuk sistem pembayaran Si Benteng menggunakan kartu. “Itu berharap tapping (sistem pembayaran) tempel semua dengan kartu. Kita mintanya itu supaya bisa lebih efektif supaya kebocorannya tidak besar,” kata Wawan.
Bahkan, pihaknya meminta Angkot Si Benteng digratiskan saja sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat. Seperti contohnya di Kota Tangerang Selatan. “Bahwa masyarakat kota Tangerang boleh menikmati itu karena bagian dari fasilitas pemerintah yang disediakan untuk masyarakat,” kata Wawan.
Namun hal itu rasanya akan sulit dilakukan. Pasalnya, angkot Si Benteng harus dikembalikan kepada Dinas Perhubungan (Dishub). Karena kalau PT TNG yang mengelola harus mendapat keuntungan untuk PAD Kota Tangerang.
“Kita ingin kembali kan ke Dishub, karena PT TNG untungnya enggak seberapa. Mending sekalian gratiskan sebagai bentuk pelayanan buat menikmati masyarakat Kota Tangerang. Jadi sekarang pertanyaannya walikota mau atau enggak,” jelas Wawan.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Tangerang, Anggiat Sitohang mengatakan Si Benteng lahir di waktu yang tidak tepat. Lantaran, Si Benteng beroperasi di saat banyaknya jasa moda transportasi. Seperti ojek dan taksi daring. Sehingga, dinalai akan sulit untuk mengangkat PAD Kota Tangerang kalau harus bersaing dengan jasa transportasi lainnya.
“Kita lihat nggak ada penumpangnya kan sekarang. Karena kalah dengan Go car, Grab ibaratnya itu lahir pada saat waktu yang tidak tepat, begitu launching Corona, makin nggak ada penumpang,” kata Anggiat.
Sementara perparkiran, menurut Anggiat belum maksimal. Seperti di Pasar Anyar yang harus berbenturan dengan petugas parkir liar yang sebelumnya sudah menguasai wilayah tersebut. “Selama ini ada ketidaksinkronan antara parkir liar dan parkir PT TNG , begitu masuk bayar di PT TNG begitu parkir bayar sama tukang parkir yang sudah lama disana,” katanya. (irfan/made)
Diskusi tentang ini post