SATELITNEWS.ID, TANGSEL–Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) meminta Rumah Sakit (RS) baik swasta maupun RSU Tangsel untuk meningkatkan kapasitas ruang rawat isolasi agar bisa menampung lebih banyak pasien. Ini dikarenakan tren covid-19 mengalami kenaikan.
Pemkot Tangsel tidak bisa terus mengandalkan Rumah Lawan Covid-19 (RLC) Tangsel sebagai pusat karantina.Saat ini, jumlah pasien yang menghuni RLC naik lebih dari 400 persen jika dibandingkan dengan sebelum Lebaran. Sebelum Idul Fitri, pasien di RLC hanya 30 orang. Namun, saat ini, ada 137 pasien.
Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie menjelaskan, kenaikan kasus terlihat pascamudik. ’’Ada ibu rumah tangga. Kemudian, ada asisten rumah tangga yang sekarang dalam data kami. Kalau dari segi pekerjaan, kebanyakan dari wiraswasta,’’ katanya di kawasan Ciputat, kemarin.
Selain itu, ada kasus penularan dari aktivitas kerumunan. Saat ini, bed occupancy ratio (BOR) untuk ICU mencapai 62 persen. Sementara itu, tempat tidur isolasi terisi 60 persen.
Karena itu, dia meminta dinas kesehatan untuk menambah tempat tidur isolasi di rumah sakit rujukan Covid-19. “Bertambah lagi, misalnya, 20 persen dari kapasitas yang ada,’’ lanjutnya.
Benyamin merujuk pada kondisi di DKI Jakarta. Hotel sudah tidak lagi digunakan sebagai lokasi karantina. Semuanya dipusatkan di wisma atlet.
’’Nah, luberannya pasti ke samping, ke daerah kami. Makanya, kami berkoordinasi secara ketat untuk 20 persen,’’ tutur Benyamin.
Selain menambah kapasitas RS, saat ini, Pemkot merenovasi RLC zona 1 yang memiliki 150 tempat tidur. Dengan demikian, 300 bed di RLC bisa digunakan.
Saat ini, kapasitasnya masih mampu menampung pasien. Namun, dia memastikan perbaikan akan dikebut sehingga tambahan ruang bisa segera digunakan.
Sementara itu, kasus baru Covid-19 harian pada Senin (14/6) bertambah 8.189 kasus di seluruh Indonesia. Menurut data dari Satgas Penanganan Covid-19. Kini total sudah 1.919.547 orang terinfeksi Covid-19. Angka kematian akibat Covid-19 cenderung tinggi seiring dengan melonjaknya kasus Covid-19.
Kasus kematian harian bertambah 237 jiwa. Paling banyak kasus kematian harian terjadi di Jawa Tengah sebanyak 55 jiwa. Total kini sudah 53.116 jiwa meninggal dunia akibat Covid-19.
Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan mengapa angka kematian cenderung tinggi setiap hari. Rupanya penyebabnya karena masyarakat terlambat datang ke rumah sakit ketika kondisi sudah memburuk. Dan mereka takut untuk dites Covid-19.
“Dari awal angka kematian tidak turun seperti kasus konfirmasi. Faktor penyebab adalah masyarakat terlambat datang ke fasyankes karena telat mengetahui positif Covid-nya dikarenakan takut untuk tes,” tegas Nadia, Senin (14/6/2021).
Ada 69.314 spesimen yang diperiksa. Dan ada 52.713 orang yang diperiksa dalam sehari. Pemeriksaan berpengaruh pada angka positivity harian. Angka positivity rate yaitu jumlah positif kumulatif dibagi jumlah orang yang dites lalu dikali 100. Angka positivity rate orang yakni 15,54 persen. Sedangkan kasus aktif naik 1.809 orang. Kasus aktif adalah mereka yang masih sakit atau positif Covid-19.
Kasus harian paling banyak terjadi di DKI Jakarta. Dalam sehari di Jabar bertambah 2.722 kasus. Lalu Jawa Barat 1.532 kasus. Jawa Tengah 1.400 kasus. Jogjakarta 428 kasus. Jawa Timur 403 kasus.
Pasien sembuh harian bertambah 6.143 orang. Paling banyak kasus sembuh terjadi di Jawa Barat sebanyak 1.753 orang. Dan total angka kesembuhan saat ini sebanyak 1.751.234 orang. Sudah 510 kabupaten kota terdampak Covid-19. Ada 11 provinsi di bawah 10 kasus harian. Dan ada 2 provinsi dengan nol kasus. (irm/bnn/gatot)
Diskusi tentang ini post