Selama 38 tahun terjun ke dunia pendidikan hingga jelang masa purna bakti Heri Supriatna tidak pernah terlibat kasus penyalagunaan dana operasional sekolah. Pria kelahiran Tangerang 16 Agustus 1963 itu mengaku hanya berusaha menjalankan pesan guru-gurunya yang terdahulu; menjadi pemimpin yang jujur dan amanah.
MAYA SAHURUNA, Tangerang
Heri Supriatna menekuni karir di dunia pendidikan sejak tahun 1983. Awalnya dia bekerja sebagai guru honorer. Setahun berselang, tepatnya pada 1 Oktober 1984, Heri mulai mengabdikan dirinya untuk negara dengan menjadi guru pegawai negeri sipil.
Saat itu, kata Heri, dia tidak perlu memohon untuk menjadi PNS. Dia diangkat dan kemudian mendapatkan surat keputusan (SK) pengangkatan sebagai PNS. Alumni Untirta itu kemudian mengikuti prajabatan pada tahun 1987 lalu menjalani profesinya sebagai guru PNS di SD selama hampir 29 tahun.
Dia ditugaskan sebagai guru tetap pada tahun 2004 di SDN Pasir nangka Kecamatan Tigaraksa. Itu adalah pertama kalinya Heri menjadi guru tetap.
“Itu banyak likunya selama mengajar, kemudian saya diarahkan untuk menjabat sebagai kepala sekolah tapi saat itu belum mau,” ujar Heri kepada Satelit News pada pertengahan Oktober lalu.
Bapak tiga anak itu kemudian berkemauan untuk mengajar siswa tingkat SMA. Dia juga ingin menjabat sebagai kepala SMA.
Untuk itulah, pada tahun 2004, ia mengajar di SMAN 1 Tigaraksa yang saat ini berubah menjadi SMAN 6 Tigaraksa. Heri kemudian mengajar selama 5 tahun di sana.
Pada tahun 2009, dirinya mulai mengikuti seleksi kepala sekolah di SMAN 1 Solear yang saat ini menjadi SMAN 27 Tigaraksa. Dia menjadi Kepala SMAN 1 Solear selama 5 tahun. Hingga pada tahun 2014 ia dimutasi ke SMAN 18 Kabupaten Tangerang.
“Diantaranya waktu itu ada teman mengajak ke SMA dan alhamdulillah berkat perjuangan, saya mulai mengajar di SMA,” kata Heri.
Heri mengungkapkan saat menjabat sebagai sekolah, dirinya terhindar dari kasus ada penyalahgunaan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Hal itu, karena memang dirinya mengingat pesan dari gurunya dahulu.
“Yang pasti memang sebagai guru, saya selalu ingat kepada guru-guru saya. Jadilah guru yang betul-betul guru seutuhnya tampil di masyarakat. Di sekolah yang pasti kita harus jujur. Jadi guru itu bukan pekerjaan yang berat, tapi sebuah wadah yang indah sekali kalau kita jadi guru yang amanah. Itu tidak akan ada munculnya masalah. Apalagi sekarang ada dana BOS karena itu sangat riskan sekali. Saya alhamdulillah, selama itu selamat tuh dari kaitan dana itu tidak ada penyalahgunaan. Itu kata kuncinya kita harus amanah,” jelas Heri.
Selain itu, kata Heri, di dunia pendidikan memang selalu ada problematika. Akan tetapi, problematika tersebut dapat diselesaikan jika dihadapi dengan kesabaran dan perjuangan.
“Di dunia pendidikan, tantangan kita itu kita luruskan anak belum tentu anak menerima apa yang kita sampaikan. Kita harus tetap berjuang, kita harus positif thinking. Suatu hari nanti anak-anak nanti mengerti apa yang kita maksudkan. Saya sebagai kepala sekolah kelihatannya santai. Namun tidak demikan semua dari A sampai Z mulai guru, siswa, sarana, 8 standar pendidkan harus betul-betul dikuasai dan dipelajari. Dengan itu bisa berjalan dengan baik,” ungkapnya.
Heri yang sebentar lagi memasuki masa pensiun berharap para pelajar yang dididiknya menjadi lebih baik dan berkembang. Apalagi kata dia, sudah ribuan pelajar yang dibimbingnya.
“Saya sebagai putra daerah tetap ingin pendidikan di Kabupaten Tangerang itu makin maju. Memang bertahap, karena kelihatan sekali perubahan sekarang, beda dengan pendidikan jaman dulu. Anak sekarang lebih cerdas karena pengaruh dari teknologi. Jadi makin berkembang Kabupaten Tangerang khususnya dan Banten pada umumnya,”pungkasnya. (gatot)
Diskusi tentang ini post